Pasar Asia Anjlok, Emas Capai Rekor Tertinggi

Seorang pria berjalan melewati papan elektronik yang menunjukkan angka-angka Indeks Harga Saham Nikkei di Bursa Efek Tokyo di sepanjang jalan di pusat kota Tokyo pada tanggal 28 Februari 2025.-Kazuhiro NOGI / AFP-
HARIAN DISWAY - Tokyo memimpin penurunan tajam di pasar Asia pada Senin 31 Maret 2025. Sementara harga emas melonjak ke rekor tertinggi. Investor bersiap menghadapi serangkaian tarif baru dari Amerika Serikat pekan ini. Kondisi tiu memperburuk kekhawatiran terhadap potensi resesi.
Selama beberapa pekan terakhir, pasar saham global mengalami tekanan. Hal itu terjadi menjelang “Liberation Day” pada 2 April nanti. Donald Trump akan mengumumkan berbagai tarif terhadap negara-negara mitra dagang maupun pesaing. Alasannya, praktik perdagangan dianggap tidak adil.
Pekan lalu, Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif 25 persen terhadap semua impor kendaraan dan suku cadangnya. Kebijakan ini meningkatkan kekhawatiran para pelaku pasar. Mengakibatkan saham perusahaan otomotif besar seperti Toyota –produsen mobil terbesar di dunia– mengalami tekanan besar.
Berbagai negara telah menanggapi kebijakan tarif Trump dengan keras. Termasuk Perdana Menteri Kanada Mark Carney. Jumat 28 Maret lalu, ia menyatakan bahwa negaranya akan memberlakukan tarif balasan untuk melindungi pekerja dan ekonomi mereka.
BACA JUGA:Harga Emas Stabil di Hari Lebaran, Tetap Rp 1,8 Juta Per Gram
Seorang pria berjalan melewati papan elektronik yang menunjukkan indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo di sepanjang jalan di pusat kota Tokyo pada 11 Maret 2025.-Kazuhiro NOGI / AFP-
Kondisi pasar semakin tertekan oleh laporan bahwa indeks inflasi pilihan Federal Reserve meningkat lebih dari yang diperkirakan bulan lalu. Memperkuat kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Trump dapat memicu kenaikan harga lebih lanjut. Serta mengurangi harapan pemotongan suku bunga.
Indeks Nikkei 225 Jepang merosot lebih dari empat persen di satu titik, melanjutkan penurunan dari pekan lalu. Saham Toyota, Nissan, dan Mazda turun sekitar tiga persen, sementara raksasa investasi teknologi SoftBank anjlok lebih dari lima persen.
Perusahaan lain yang terpukul termasuk Zensho Holdings, yang memiliki sejumlah waralaba restoran di Jepang. Sahamnya jatuh lima persen setelah rantai restoran Sukiya miliknya mengumumkan penutupan sementara hampir semua dari 2.000 cabangnya.
BACA JUGA:Harga Emas Antam Sentuh Rekor Tertinggi, Naik Rp16.000 Menjelang Lebaran!
BACA JUGA:Donald Trump Ingin Ambil Alih Gaza, Ini Reaksi Palestina dan Israel
Penurunan tajam juga terlihat di Seoul. Menurut para ekonom di Moody’s Analytics, kebijakan tarif kendaraan akan berdampak signifikan terhadap Jepang dan Korea Selatan. “Sekitar enam persen dari total ekspor Jepang adalah mobil yang dikirim ke AS. Sementara di Korea Selatan, angkanya mencapai empat persen,” jelas mereka.
Kenaikan tarif sebesar itu akan mengurangi kepercayaan, memukul produksi, dan menurunkan pesanan. Mengingat rantai pasokan yang panjang dan kompleks dalam industri otomotif, dampaknya akan menyebar ke seluruh perekonomian negara-negara tersebut.
Perhitungan kasar menunjukkan tindakan ini dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi masing-masing negara sebesar 0,2 hingga 0,5 poin persentase. Pasar saham lainnya seperti Hong Kong, Sydney, Shanghai, Wellington, Taipei, dan Manila juga mengalami penurunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: