HARIAN DISWAY - Kelurahan Petiken di Kecamatan Driyorejo, Gresik, diisi oleh warga-warga yang kreatif. Permasalahan sampah dan keamanan, tuntas. Segala program berjalan dengan baik. Relijiusitas warga pun terjaga. Itu tak lepas dari peran tiga pilar yang aktif melakukan pendampingan.
Berbagai inovasi dikembangkan pemerintah kelurahan dan warga di Desa Petiken. Mereka berkolaborasi demi kemakmuran dan kemajuan desanya. Sampah yang dulu menumpuk, kini teratasi. Pun soal keamanan.
Peran tiga pilar itu adalah Lurah Mardi Utomo, Babinsa Serma Rudianto, dan Bhabinkamtibmas Aipda Suroso, saling bersinergi untuk memaksimalkan program-program mereka. "Kami memiliki grup whatsapp untuk warga. Jadi semua permasalahan desa tidak ada keterlambatan koordinasi," ujar Lurah Mardi.
Ketiga pilar itu menelurkan Perdes tentang keamanan dan ketertiban masyarakat. Berbagai poskamling dibangun, lengkap dengan CCTV. Bahkan, Bhabinkamtibmas Suroso saat awal bertugas, kerap mengunjungi satu per satu rumah warga.
"Beliau datang ke setiap rumah kami dan memberitahu nomor kontaknya. Supaya jika ada masalah, dapat langsung menghubungi Pak Suroso," ujar Ari Subagyo, ketua RT 4, RW 8, saat ditemui ketika meninjau poskamling di lingkungannya. Di pendapa poskamling itu terdapat perangkat CCTV, kentongan, serta nomor tiga pilar tersebut.
Pendamping juri AKBP Tri Y Eriyadi saat menjelaskan tentang kriteria penjurian Anugerah Patriot Jawi Wetan 2023 di depan warga Desa Petiken, Driyorejo, Gresik. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-
Babinsa Serma Rudianto merupakan anggota TNI AD yang kreatif. Ia pernah meraih berbagai prestasi. Seperti juara 1 Kursus Jurnalistik AD, juara 1 kursus fotografer kameramen AD, juara 1 jurnalis TVRI Maluku Timur, penghargaan Wakapolda Jatim dalam rangka Operasi Ketupat.
Terakhir, menjadi salah satu kandidat Babinsa Inspiratif yang diselenggarakan Kodam V Brawijaya dan Harian Disway. Ia juga sedang dalam proses menulis karya ilmiah bertajuk Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kesenian Hadrah Indonesia yang Terlahir Pertama Kali di Dusun Randu Pukah, Gresik.
Untuk inovasi di Desa Petiken, ia kerap memberi penyuluhan untuk menangkal radikalisme serta menginisiasi kegiatan istighasah setiap Jumat Legi. "Saat itu tiga pilar ini pasti terlibat dalam hadrah. Bersama-sama masyarakat. Supaya relijiusitas mereka tetap terjaga," ungkap Babinsa berusia 39 tahun itu.
Ketiga pilar itu pun kerap hadir dalam Omah Rembug yang ada di beberapa titik di Kelurahan Petiken. Fungsinya untuk mengurai dan memecahkan permasalahan tiap warga.
Soal pemberdayaan, warga Kelurahan Petiken memiliki beragam inovasi yang didorong dan dikembangkan oleh tiga pilar. Seperti pembuatan Taman Hias Driyorejo yang berisi tanaman pangan, budidaya ikan lele, serta maggot. "Kami memiliki bank sampah induk di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R, serta unit bank sampah di setiap RT," ujar Lurah Mardi.
Sampah organik, dapat menjadi pakan maggot yang dibudidayakan warga. Hasil dari budidaya itu adalah Kasgot atau bekas maggot yang dapat digunakan untuk pupuk penyubur tanaman.
Di tempat pengolahan itu terdapat beberapa wadah maggot serta ruang jaring-jaring untuk lalat BSF. Lalat tentara hitam yang digunakan untuk mengembangbiakkan maggot. Setiap hari, maggot-maggot itu dapat menyantap 50 kilogram sampah organik milik warga.
Terkait inovasi bank sampah tersebut, pada April silam, Desa Petiken turut serta dalam program Gerbank Sajadah atau Gerakan Bank Sampah Jadi Berkah. Bahkan Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani meninjau berbagai bank sampah yang telah digiatkan warga.
Dari situ dapat dilihat tingkat kebersihan lingkungan Kelurahan Petiken. Semua tertata rapi dan asri. Tak ada pemandangan sampah berserakan. Apalagi tiga pilar itu kerap melakukan peninjauan bersama. Kedekatan itu sangat tampak dalam kunjungan-kunjungan yang dilakukan.