Di Desa Ploso, Kelurahan Ploso, Pacitan, tiga pilar saling bersinergi. Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas serta masyarakat. Filosofi “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” membuat desa itu maju pesat.
Menuju ke Kelurahan Ploso, Pacitan, tak mudah. Jalan berkelok-kelok, mengitari bukit kapur. Sering kali dalam beberapa titik terdapat bekas longsor. Sehingga jalan dua arah pun harus ditempuh bergantian.
Kelurahan Ploso terletak di tengah kondisi geografis seperti itu. Sepertinya untuk melakukan apa pun serba sulit. Terkendala akses, kondisi alam dan sebagainya.
Jika pemerintah daerah serta tiga pilar tak dijalankan oleh orang-orang hebat, rasanya sulit untuk mengembangkan wilayah itu.
Tapi Kelurahan Ploso mampu bersinar dan menginspirasi kelurahan-kelurahan lain. Dampak dari sinergi tiga pilar: Lurah Aswin Rikha Wijaya, Babinsa Serda Wahyudi serta Bhabinkamtibmas Bripka Rio Indrajaya sangat kompak.
Tak hanya akrab dan kompak. Tapi tiga pilar itu masing-masing mampu menelurkan ide untuk memajukan daerahnya. “Kelurahan Ploso ada 8 RW dengan 36 RT. Luas daerahnya 339,42 hektar,” ujar Lurah Aswin.
Bhabinkamtibmas menggalakkan poskamling yang jumlahnya 35 di 35 RT. Otomatis hanya tinggal satu saja poskamling yang akan dibangun.
“Nama programnya Poskamling Tangguh. Kami pernah menjadi juara 1 lomba Poskamling tingkat Kabupaten Pacitan tahun 2023,” ujar Bripka Rio.
Tak hanya sebagai sarana keamanan, tapi hampir setiap hari 3 pilar mendatangi tiap poskamling. Bercengkerama dengan warga dan bermain “Remanling” atau Permainan Remi Keamanan Keliling.
Main kartu bersama warga sebagai sarana mendekatkan diri. Bercengkerama, tertawa bersama serta mendengarkan keluhan-keluhan. Itu yang membuat hubungan mereka begitu cair. Tak ada sekat antara pemerintah desa serta warga.
Bhabinkamtibmas dan Babinsa pun menggalakkan latihan rutin untuk 36 Linmas. Tiap 1 RT diambil 1 Linmas. Kelurahan itu pun merupakan satu-satunya kelurahan di Pacitan yang memiliki kantor khusus untuk Babinsa, Bhabinkamtibmas dan Linmas.
Untuk memberdayakan para Linmas, Babinsa Serda Wahyudi menginisiasi program Tanlebo. Singkatan dari Tandur Lele Dumbo atau beternak lele dumbo. Lurah Aswin menyiapkan halaman belakang gedung untuk digunakan sebagai kolam tadah hujan.
“Sekali panen bisa mencapai 80 kilogram. Hasilnya bisa untuk membeli makan, jajan dan kopi untuk para Linmas yang berjaga di 35 Poskamling,” ujar Serda Wahyudi.
Karena kolam yang digunakan adalah tadah hujan, maka bila musim kemarau, kolam itu kering. Untuk menyiasatinya, dibangun kolam bioflok lele. “Apalagi di Kelurahan Ploso ini kalau kemarau sangat panas. Soalnya mataharinya ada dua,” ujar Babinsa 43 tahun itu.