Dua matahari?
“Ini matahari yang satunya,” guraunya sembari menepuk pundak Agus Susanto, Linmas yang berkepala plontos.
Semua pun tertawa. Dari situ dapat disimpulkan kedekatan mereka yang tanpa sekat. Melebur, menyatu dalam keakraban.
Jika Babinsa menginisiasi, lurah menyediakan lahan dan pengembangan, Bhabinkamtibmas yang mengusahakan bibitnya. Ia berhasil mendatangkan bibit-bibit itu dari Dinas Perikanan Pacitan.
Kelurahan Ploso pun menjadi satu-satunya gedung kelurahan yang berdiri berdampingan dengan Mall Pelayanan Publik (MPP). Sehingga segala urusan lebih mudah, karena alurnya hanya satu jalur saja.
“Terpadu, simpel dan cepat dan gratis. Itu memudahkan masyarakat. Tak perlu berkeliling jika mengurus dokumen apa pun. Dari kantor lurah, lalu tinggal jalan ke sebelah,” kata Lurah Aswin, sembari menunjuk gedung MPP yang berada tepat di samping kelurahan tersebut.
Lurah Aswin pun menyediakan gedung kelurahan untuk kegiatan-kegiatan masyarakat. Tanpa biaya sewa alias free, berikut perangkat sound systemnya.
Tiga pilar pun memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan masyarakat dan para perangkat desa. Yakni tiap 1 bulan sekali.
Hasilnya, penduduk hidup rukun dan harmonis. Tingkat kriminalitas di kelurahan itu adalah nol persen alias nihil. Kalau pun ada, hanya pernah terjadi pencurian sampah.
Ya, sampah. Barang sepele dan dianggap tidak berguna itu beberapa kali hilang. Dicuri dari rumah warga. Itu karena program “Bajak Pasah”, atau Bayar Pajak Pakai Sampah.
Program yang diinisiasi Lurah Aswin itu memang sukses besar. Pengelolaan sampah ditangani dengan baik. Diambil setiap hari, dikumpulkan, dipilah dan dijual.
Ratusan warga menjadi nasabah bank sampah Bajak Pasah itu, dan jumlahnya hingga kini sebanyak 606 nasabah.
Para warga menyiapkan sampah di depan rumah setiap hari. Ada petugas yang memungutnya. Tiga pilar itu pun selalu bersama untuk melakukan pengawasan serta pendampingan. Bahkan ikut memungut sampah.
Zaidul, koordinator Bajak Pasah dari Dusun Kebon, menyebut bahwa mereka telah mengumpulkan sampah sebanyak 11 ton dari warga. Setiap dua bulan, akumulasi penghasilan dari sampah mencapai 34 juta.
Warga bisa mengambil dana itu, atau dialokasikan untuk pembayaran pajak. Salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Untuk mengantisipasi pencurian sampah, Zaidul dan para pengelola memberikan nota bernomor untuk tiap warga. “Jadi saat menyetor warga bisa menunjukkan nota bernomor itu. Sebagai identifikasi kepemilikan sampah,” ungkapnya.