Namun, dengan produksi sebesar itu, Indonesia masih defisit 1,27 juta ton. Terbesar kedua setelah Filipina yang kekurangan beras hingga 3,75 juta ton.
Tentu, defisit beras tersebut harus ditutup dari impor. Tahun ini Indonesia menargetkan impor 2 juta ton. Hingga bulan lalu, realisasi impor sudah mencapai 1,9 juta ton.
Itu terdiri atas 0,3 juta ton yang merupakan bagian dari kekurangan 0,5 juta ton impor tahun lalu dan 1,6 juta ton impor 2023.
BACA JUGA:Giliran Harga Beras Yang Naik
BACA JUGA:Beras Dikubur di Depok, Perlukah Autopsi?
Dengan fakta itu, merangkaknya harga beras kali ini harus diperhatikan serius. Tidak cukup diberi solusi jangka pendek menaikkan impor. Sebab, harga beras impor saat ini sangat mahal. Banyak negara berebut karena pasokan beras dunia berkurang drastis akibat kebijakan India dan Vietnam.
Sebenarnya, Indonesia tidak secara langsung terdampak oleh kebijakan stop ekspor India. Sebab, impor beras dari negara dengan penduduk terbesar kedua di dunia itu lebih banyak beras patah. Tapi, India telah memicu sentimen kenaikan harga beras dunia dan berdampak pada impor Indonesia.
Bagaimana menurunkan harga beras? Pemerintah harus melihat akar masalah dengan benar sebelum mengambil keputusan jangka panjang. Solusi jangka pendek, seperti biasa, operasi pasar. Penjualan murah dan subsidi beras.
BACA JUGA:Amal Alghozali Pertanyakan Keputusan Jokowi: Mengapa Impor Beras Menjelang Panen Raya?
BACA JUGA:Daging Sapi Gelonggongan Ganggu Pasar, Harga Beras Juga Melambung Tinggi
Pemerintah cukup memajukan bantalan sosial (bansos) beras. Yang semula dijadwalkan Oktober–Desember menjadi September–November.
Pemerintah bakal menyalurkan subsidi kepada 21,35 juta rumah tangga. Masing-masing 10 kg per bulan untuk tiga bulan. Itu pasti akan menahan laju kenaikan harga beras. Itu bisa dilihat dari penyaluran bansos beras Maret–Mei 2023.
Langkah tersebut terbukti mampu menahan kenaikan harga beras di pasar yang hanya 0,44 persen. Jauh dibandingkan dengan saat tidak ada bansos November 2022–Februari 2023, yakni fluktuasi harga beras mencapai 1,67 persen.
Untuk bansos, Bulog memang menggelontorkan beras sekitar 210 ribu ton per bulan atau total 640-an ribu ton selama tiga bulan. Itu setara dengan 8,4 persen dari kebutuhan konsumsi bulanan.
Selain harga internasional yang memicu harga beras naik, beberapa hal perlu memperoleh perhatian serius pemerintah. Sebab, supply dan demand lokal juga akan mengalami gejolak di tiga bulan akhir tahun ini.
Di sisi lain, beras merupakan kebutuhan mahapenting masyarakat. Dalam struktur pengeluaran rumah tangga, terutama warga miskin, beras mendominasi. Kebutuhan beras mencapai rerata 24 persen dari total pengeluaran.