Tragedi Kemanusiaan di Gaza dan Hipokrisi Barat-Amerika Serikat

Selasa 17-10-2023,16:23 WIB
Reporter : Tofan Mahdi*
Editor : Yusuf Ridho

Sebelum tahun itu, tidak ada negara Israel. Yang ada adalah tanah Palestina yang sebelum Perang Dunia I berada di bawah Kesultanan Utsmaniyah dan setelah Perang Dunia I berada di bawah British Mandate hingga tahun 1948. 

BACA JUGA:Dubes Palestina Serukan Masjid di Indonesia Berkhutbah Tentang Perjuangan Palestina pada Salat Jumat Hari Ini

BACA JUGA:Konflik dengan Hamas Kian Memanas, Israel Serang Permukiman Warga Palestina di Gaza

Dalam sejarah peradaban bangsa Palestina, selama enam abad di bawah Kesultanan Utsmaniyah-lah, bangsa Arab dan kaum minoritas Yahudi hidup berdampingan dengan damai di tanah Palestina. 

Kini, dengan berdirinya negara Israel, tak ada lagi kehidupan yang damai antara warga Arab dan Yahudi, terutama di wilayah pendudukan seperti di Tepi Barat dan Jerusalem (Al-Quds).

Israel adalah negara yang didirikan secara sepihak oleh kaum Zionis (gerakan politik Yahudi kelompok kanan) yang mendapatkan restu dari Inggris dan Amerika Serikat. Kini tak ada perdamaian dan kedamaian di tanah Palestina, kecuali permusahan dan pertumpahan darah. 

Sudah 75 tahun darah tumpah di wilayah yang selama enam abad pernah menjadi bangsa yang baldatun thoyibah (negeri yang aman dan baik).

 BACA JUGA:Ali Barakeh: Palestina Siap Hadapi Segala Macam Skenario Perang

BACA JUGA:Rusia Angkat Bicara soal Perang Israel-Hamas: Negara untuk Palestina Adalah Solusi yang Paling Masuk Akal

Dukungan untuk Palestina

Jika tidak dihentikan, perang antara bangsa Palestina dan Israel itu bukan tidak mungkin memicu Perang Dunia III. Apalagi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikenal sebagai politikus sayap kanan garis keras. 

Dalam keyakinan Netanyahu, tidak perlu ada solusi dua negara. Bila perlu, seluruh wilayah Palestina menjadi wilayah Israel. Astaghfirullahaladzim

Negara-negara di dunia terbelah. Amerika Serikat (AS) dan negara Barat tetap playing victim, bermain dengan hipokrisi mereka. Mereka menyalahkan pejuang Hamas yang mengakibatkan korban sipil dari pihak Israel maupun Palestina. 

Kata mereka, Hamas bukan bangsa Palestina. Hamas dianggap teroris dan AS berusaha menawarkan bantuan kemanusiaan kepada faksi lain di Palestina, yaitu Fatah, yang menguasai wilayah Tepi Barat. Tetapi, pada saat yang sama, pemerintah AS, Inggris, dan Jerman memberikan bantuan militer kepada Israel. Siasat adu domba khas bangsa kolonialis. 

Bersyukur, rakyat Palestina selalu bersatu. Berbagai faksi di Palestina bersatu mendukung para pejuang Hamas melawan Iseael. Juga, pasukan Hizbullah yang bermarkas di Lebanon ikut menggempur Israel. 

Meski tetap tidak seimbang secara peralatan sistem persenjataan dibandingkan Israel, bersatunya faksi-faksi di Palestina itu merupakan sebuah modalitas moral yang sangat besar. 

Kategori :