HARIAN DISWAY - Kelompok militan Houthi di Yaman menceburkan diri di perang Palestina-Israel sejak Selasa, 31 Oktober 2023. Mereka meluncurkan rudal balistik, rudal jelajah, dan drone untuk membantu Palestina di Gaza.
Dikutip dari Al Jazeera, Houthi mengultimatum Israel. Akan ada serangan rudal balistik dalam jumlah lebih besar dari serangan sebelumnya jika mereka tak menghentikan penintasan di Palestina.
Kekuatan militer Houthi tidak dapat diremehkan mengingat kelompok militan tersebut berhasil merebut ibu kota Yaman, Sana’a pada September 2014.
Jatuhnya ibu kota Yaman tersebut menjadi puncak keberhasilan Houthi sekaligus puncak kejatuhan Yaman dalam perang saudara Yaman.
BACA JUGA:Menakar Kekuatan Pasukan Houthi Yaman, Perang Saudara Melawan Arab, Kini Bela Palestina
BACA JUGA:Mengenal Pasukan Houthi Yaman yang Bantu Palestina Serang Israel
Awal Mula Kejatuhan Yaman
Konflik antara Houthi dengan Pemerintah Yaman sebenarnya sudah terjadi sejak 2004. Namun konflik semakin memanas sejak adanya gelombang revolusi di negara-negara Arab atas ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah.
Peristiwa ini dikenal dengan The Arab Spring yang terjadi pada 2010. Yaman menjadi salah satu negara yang terdampak akibat peristiwa tersebut dan konflik mulai pecah pada 2011.
Pada saat itu, rakyat Yaman melancarkan protes besar-besaran dengan mengecam masa pemerintahan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang telah berkuasa selama 33 tahun.
Pada Februari 2012, Ali Abdullah Saleh secara resmi mengundurkan diri dari jabatan presiden Yaman, dan Wakil Presiden Yaman Abdrabbuh Mansur Hadi diangkat sebagai presiden baru.
Pergantian Presiden Yaman Baru
Pergantian presiden baru tersebut mendapatkan banyak pertentangan dari rakyat Yaman.
Salah satu kebijakan yang mereka pertentangan adalah ketika Abdrabbuh Mansur Hadi hendak mencabut subsidi BBM melalui pengumumannya pada Juli 2014.
Pada Agustus 2014, Houthi yang dipimpin Abdul Malik al-Houthi turun ke jalanan bersama ribuan demonstran untuk menuntut Pemerintah Yaman membatalkan kebijakan tersebut.