HARIAN DISWAY - Pakar media sosial dan Perlindungan Data Pribadi (PDP) Ibnu Dwi Cahyo menyebut Tiktok menjadi salah satu faktor masifnya persebaran informasi tentang krisis kemanusiaan di Palestina.
TikTok menjadi kanal yang efektif untuk menggelorakan perjuangan rakyat Palestina disaat berbagai kanal media sosial lain seperti Instagram, YouTube, Facebook yang notabene milik Meta Group dicurigai melakukan pemblokiran terhadap konten-konten pro palestina.
Konten-konten tersebut di kanal media-media sosial yang notabene lansiran negara barat dikeluhkan karena memiliki capaian viewer yang rendah. Bahkan ada beberapa yang merasa mendapatkan shadow banning.
BACA JUGA:Perang Sudah Berlangsung 30 Hari, 18 Badan Asosiasi PBB Serukan Gencatan Senjata Segera di Gaza
Pakar Keamanan Siber dan Perlindungan Data Pribadi (PDP) di lembaga siber CISSReC Ibnu Dwi Cahyanto-Dokumentasi Pribadi-
Ibnu mengatakan, meski akhir-alhir ini TikTok dianggap telah banyak menghapus video terkait konflik Israel-Palestina, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa eksistensi aplikasi yang berasal dari China tersebut telah mengubah persepsi masyarakat di dunia terkait konflik tersebut.
Isu Israel-Palestina bukan lagi dianggap sebagai perang agama, melainkan krisis kemanusiaan. Riuh dukungan bergema di media sosial menyuarakan keadilan bagi rakyat Palestina. Tagar #FreePalestina2023 bahkan menjadi tagar terlaris dengan lebih dari 10 juta tayangan.
Algoritma TikTok mendorong sebuah video baru dengan mudah viral, sehingga informasi lebih cepat disalurkan. Kemudahan mengunduh video secara default juga menyebabkan user mampu mem-posting ulang video tersebut melalui platform lain seperti WhatsApp, Instagram, hingga Youtube.
“Terakhir konflik Gaza Palestina terjadi 2017, dimana saat itu TikTok belum sebesar sekarang jangkauannya. Algoritma TikTok membuat sebuah konten dengan cepat viral, bahkan tanpa perlu disokong dengan iklan berbayar," jelas pria yang merupakan peneliti di lembaga keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) tersebut.
Salah satu unggahan video tentang kondisi Palestina di TikTok yang mendapatkan user engagement tinggi-TikTok-
Apalagi TikTok buatan Tiongkok, sehingga bisa dibilang proses banned terhadap konten pro Palestina tidak masif seperti di platform media sosial lain seperti Instagram, Facebook dan Youtube,” papar Ibnh kepada awak media pada Selasa, 6 November 2023.
Namun, bukan tanpa alasan TikTok menghapus video terkait Israel dan Palestina. Pasalnya, kadangkala terdapat permintaan dari Uni Eropa untuk menghapus berbagai video terkait karena adanya UU Layanan Digital Eropa. Ancaman yang dilontarkan Uni Eropa juga tidak main-main, yaitu denda 6 persen dari revenue tahunan mereka.
BACA JUGA:Parah! Israel Tuduh Hamas Jadikan RS Indonesia Sebagai Tameng Militer
Selain itu, TikTok juga menghapus video yang memicu masyarakat untuk berpihak terhadap Hamas yang dianggap sebagai kelompok teroris bersenjata.