HARIAN DISWAY - Ketua Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad membagikan pengalaman dan pendapatnya mengenai rumah sakit di Gaza.
Hal itu disampaikan langsung olehnya pada tanggal 10 November 2023 dalam media briefing Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
“Di tahun 2007 akhir, saya sempat ditugaskan di Gaza, Palestina. Pada saat itu, masih ada akses jalan ke perbatasan Palestina. Kini, sangat susah melewati perbatasan,” ujar Sarbini.
Hal itu berdampak pada kelancaran bantuan-bantuan medis dari berbagai negara kepada rumah sakit di Gaza. Bantuan medis harus tertahan di Mesir dan rumah sakit di Gaza terus-menerus kekurangan peralatan kesehatan.
Berdasarkan pengalaman Sarbini selama di Gaza, dia menemukan masyarakat di sana menyikap perang secara santai.
Dia beranggapan bahwa genetik para warga di sana sudah beradaptasi dengan ancaman yang datang karena mereka sudah cukup lama menghadapi perang.
Sarbini pun merasa prihatin mengenai kondisi rumah sakit di Gaza. Menurutnya, rumah sakit di Gaza saat ini kondisinya sangat buruk.
“Rumah sakit sudah krusial. Semua obat serba minim. Rumah sakit sudah enggak layak, namun para warga menjadikan rumah sakit sebagai tempat berlindung. Imbasnya, lantai 1-4 rumah sakit penuh sesak,” imbuhnya.
Sarbini juga menambahkan dampak akibat perang dalam kesehatan warga di sana. Banyak warga yang bisa terserang infeksi. Bisa akibat dari jarum suntik yang dipakai berkali-kali, bahkan tempat MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang sudah tak lagi bersih akibat penumpukan warga.
Meski begitu, Sarbini sangat kagum kepada para dokter di sana yang masih mau bertahan, tidak ada rasa ketakutan, dan terus bekerja keras.
“Para dokter di sana mau melayani korban sampai perang berakhir,” kata Sarbini.
Sarbini pun menanggapi persoalan negara Israel. Menurutnya, Israel tidak menggunakan UU Rumah Sakit. Sehingga rumah sakit dihajar alias diserang.
Apalagi di saat Israel menuding Rumah Sakit Indonesia di Gaza dijadikan bunker bagi kelompok militan Hamas.