Dalam Literasi Media untuk Disabilitas, KPID Jatim dan BK3S Jatim Tegaskan Jika Difabel Bukan Objek

Jumat 01-12-2023,00:32 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

Lebih lanjut, Pinky memaparkan bahwa harus ada transformasi nilai inklusi bagi generasi muda disabilitas. "Mempersiapkan para difabel menjadi generasi yang melek IT dan melek politik yang tangguh. Terutama memiliki kepribadian dan jiwa NKRI, juga sehat fisik, mental dan sosial," katanya.

Para difabel banyak yang berprestasi. Seperti mereka yang ada dalam ruangan tersebut. Ada yang menjadi pedagang kuliner sukses, ada yang memiliki keahlian tertentu, termasuk menjadi akademisi seperti moderator Danny. Salah seorang difabel yang berprestasi itu adalah Khusnul Yakin. Ia merupakan anggota Persas.

BACA JUGA: Sampaikan Literasi Media untuk Disabilitas, KPID-BK3S Ingatkan 5 Racun Siaran

Dalam slide yang ditayangkan, tampak anggota Persas itu, pada 2022 menjadi runner up piala Menpora. Yakni kejuaraan sepakbola disabilitas tingkat nasional. Prestasi itu diraih kembali pada 2023. Khusnul adalah kaptennya. "Pada 2023 ini kami berharap bisa membawa piala juara 1 ke Surabaya. Tapi ternyata jadi runner up lagi," ungkap Khusnul, kemudian tertawa.

Tak putus asa, Persas terus berlatih demi membuktikan bahwa para difabel pun, dapat berprestasi di bidang olahraga. Lewat prestasi, mereka dapat menjadikan dirinya sebagai subjek. Tak lagi dimanfaatkan menjadi objek oleh oknum-oknum tertentu. "Kami dapat dengan bangga memberitahu, bahwa keterbatasan fisik tak menghalangi kami untuk meraih prestasi," ungkap pria 32 tahun itu.
Peserta disabilitas yang bertanya pada narasumber. Mereka berharap agar lebih diperhatikan serta tak lagi dijadikan sekadar objek. Apalagi para difabel juga subjek yang bisa berprestasi. -Majalyn Nadhiranisa R/HARIAN DISWAY-

BACA JUGA: Komunitas Disabilitas Deklarasi Dukung Dukung Prabowo-Gibran

Atas prestasinya itu, Khusnul dan seorang kawannya dari Persas direkrut menjadi bagian dari kesebelasan timnas sepakbola disabilitas. Hanya bantuan didapat dari lembaga atau organisasi non-pemerintah. Contohnya Universitas Muhammadiyah Surabaya yang memberi beasiswa untuk Khusnul dan kawannya itu. 

Kemudian universitas lain yang memberi mereka fasilitas untuk berlatih. "Setiap hari minggu, kami latihan di lapangan Unesa atau Unipa Surabaya. Kalau bantuan atau perhatian dari Pemkot Surabaya masih belum ada. Selebihnya kami swadaya," ujarnya.

Khusnul siang itu didampingi Ketua Persas Hendro Suseno. Mereka berharap agar lebih diperhatikan serta tak lagi dijadikan sekadar objek. Para difabel adalah subjek yang bisa berprestasi dan membawa nama harum kota bahkan tanah air. (Heti Palestina Y-Guruh Dimas Nugraha)

Kategori :