Satu realitas yang besar kemungkinan baru dijalani oleh (mungkin) hampir seluruh para perempuan (ibu) di Indonesia kini, ketika tidak ada lagi gerakan-gerakan perempuan yang berangkat dan mengangkat dari suatu isu-isu penting.
Meski jauh dari sebuah ”kata” gerakan, namun tidak berarti jika realitas yang ditawarkan dalam konsep ibuisme di atas menjadikan posisi perempuan (ibu) sekarang jauh dari aktivitas bergerak.
Mereka (ibu) tetap bergerak meski pada dimensi lain yang lain. SELAMAT, HARI IBU…! (*)
Moordiati, staf pengajar Prodi Ilmu Sejarah FIB Universitas Airlangga.-Dok Pribadi-