SURABAYA, HARIAN DISWAY - Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (FK UWKS) melaksanakan baksi sosial berupa kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Komunitas yang disasar adalah kader lansia di RW 03, Kelurahan Dukuh Kupang, Surabaya.
Kegiatan yang digelar pada Kamis, 21 Desember 2023 ini dilakukan untuk menerapkan hasil proses pembelajaran blok elektif pondok osteoarthritis yang didapat para mahasiswa FK UWKS selama mereka belajar di kelas.
Dijelaskan, berat badan berlebih (obesitas) dan diabetes itu sangat rentan terkena osteoarthritis. Selain itu, juga pada usia 50 tahun ke atas dan wanita yang paling banyak terkena penyakit tersebut.
Hal tersebut disampaikan dosen Fakultas FK UWKS dr Ibrahim Njoto di kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu. Menurutnya, osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi dan tulang-tulang. Seperti, sendi di tangan, lutut, leher, bahkan pinggang.
BACA JUGA:Kampus UWKS Bernuansa Nusantara
BACA JUGA:Tingkatkan Literasi Jurnal, UWKS Gandeng ULM
"Nama lainnya adalah erosi tulang rawan sendi atau radang sendi," katanya.
Menurut dia, osteoarthritis dapat menyebabkan sakit, kekakuan, bahkan perubahan bentuk pada tulang sendi. Biasanya, persendian terasa kaku, pembengkakan, dan nyeri.
"Selain itu, mudah kelelahan, bunyi pada setiap sendi digerakkan, dan perubahan bentuk tulang," ujarnya.
Turut hadir pemateri lain, yaitu dr Donny Gunawan. Ia merupakan dokter rehab medik di RSUD Sidoarjo.
Menurut dia, untuk mengatasi penyakit itu, dapat dilakukan dengan bantuan terapi sinar infra merah. Itu, sebagai upaya pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (FK UWKS) berfoto bersama kader lansia di RW 03, Kelurahan Dukuh Kupang, Surabaya. -Eko Setiawan-
Ia menambahkan, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Osteoarthritis di Indonesia berada pada urutan 12 dari kumpulan penyakit tidak menular. Dengan prevalensi 11,9 persen yang terdiagnosis dan 24,7 persen yang berdasarkan gejala.
"Penyakit juga bisa meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup di Indonesia. Dampaknya, meningkatnya biaya pengobatan dan rehabilitasi yang ditanggung oleh BPJS," tandasnya. (*)