HARIAN DISWAY - Tahun 2023 telah berganti 2024 dan bencana berbilang. Gempa di Sumedang datang menerjang di malam yang hendak merangsek menghadirkan awal 2024, tepatnya Minggu 31 Desember 2023, pukul 20.34 WIB dengan kekuatan magnitudo 4,8 skala Richter.
Gempa itu terus bergulir di Senin 1 Januari 2024 pukul 20.46 WIB, berkekuatan magnitudo 4.4 skala Richter. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan keterangan bahwa gempa ini berlokasi 4 kilometer arah timur laut Kabupaten Sumedang.
BMKG merilis gempa tersebut terjadi pada kedalaman 10 kilometer. Kejadian ini semakin mengkhawatirkan dengan rentetan gempa yang melanda Jepang di hari pertama tahun 2024, 7,5 skala Richter.
BACA JUGA: Gempa Jepang Menguncang Tahun Baru, Berkekuatan 7,6 Magnitude
Pada saat itu terkuak pula Gunung Semeru yang “berpartisipasi” menumpahkan awan panasnya. Amatlah terang pelajaran yang harus disimak. Bencana tidak kenal jeda untuk merayakan tahun baruan.
Gempa dan gunung terpotret melakukan atraksi alami yang menandakan dirinya benar-benar “keturunan sah” kehidupan. Memang, sebuah gunung berapi terkadang membarakan dirinya dalam ruang waktu yang dibutuhkan tubuhnya.
Erupsi dengan lelehan larva dan semburan asap yang membumbung tinggi mengangkas, atau gempa, tanah longsor dan banjir, adalah manifestasi alam untuk menggeliatkan diri sambil memberikan kesaksian kepada manusia, agar hidup selalu terjaga.
Teruslah Belajar. Hanya, manusia sering alpa dan bertindak gegabah dengan ilmu yang ada hingga mereka menjadi korban.
Sesungguhnya alam tidak bertekad untuk membuat bencana bagi manusia. Tetapi manusia itu sendiri yang salah dalam memanfaatkan ruang wilayah kawasan dengan tinggal di tepi pantai, berumah di daerah yang bertebing berkemiringan 45 derajat.
Membangun gedung-gedung di tepi lautan tanpa menghitung secara cermat kemungkinan-kemungkinan tentang lautan yang menggelombangkan airnya.
Apa yang terjadi di Sumedang, Aceh Jaya maupun Jepang yang terhantam derita akibat gempa dari “edisi” Desember 2023 sampai di awal 2024 turut memperpanjang sejarah kebencanaan. Adakah ini sejenis parade bencana dari hari ke hari yang sambung menyambung?
BACA JUGA: Gempa M4,5 Picu 2 Rumah Rusak di Tegal, Tidak ada Korban Jiwa
Ya, manusia harus belajar bahwa tinggal di tempat yang tidak semestinya serta tidak mengeksplorasi ilmu tata ruang dengan benar adalah tindakan tidak terpuji.
Kawasan perumahan yang mengalami liquefaction di Palu 5 Oktober 2018 adalah cermin dari betapa kecilnya ilmu manusia untuk menjangkau hal tersebut yang semestinya bisa diteropong dengan sarana teknologi.
Gunung yang meletus dan deru gelombang yang sering diabaikan berarti mencerminkan penguasa yang tidak paham mandatnya.