Seni Tradisi Tidak Akan Mati

Sabtu 06-01-2024,20:37 WIB
Oleh: Purnawan Basundoro

Seni tradisi bagi anak muda bukan sekadar upaya untuk mempertahankan kebudayaan, tetapi sekaligus juga sebagai media untuk mempertontonkan eksistensi. 

Mungkin mereka malah tidak menyadarinya bahwa memainkan seni tradisi adalah upaya luhur untuk mempertahankan kreasi nenek moyang, tapi yang lebih penting adalah kegembiraan yang muncul karena bisa memperlihatkan keahliannya kepada orang lain serta bisa masuk ke media sosial.

Dua kampus besar di Indonesia memiliki mahasiswa yang terlibat aktif dalam bebagai pementasan seni tradisi. Yaitu Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada. 

Di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB Unair) terdapat Badan Semi Otonom (BSO) Pakarsajen yang kegiatan utamanya pada seni karawitan dan pedalangan. BSO ini aktif melakukan pementasan di berbagai tempat, berkolaborasi dengan seniman-seniman karawitan dan pedalangan di berbagai daerah. Ia juga menjadi penggerak Festival Budaya di FIB Unair yang merupakan kegiatan tahunan di bidang kebudayaan. 

Festival Budaya yang diselenggarakan tahun ini salah satu kegiatan utamanya adalah Airlangga Dalang Festival (ADF), bekerjasama dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Timur. ADF ditujukan untuk dalang anak-anak sampai remaja, yang masih menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Kegiatan yang diselenggarakan sejak Oktober 2023 diikuti lebih dari 20 dalang dari berbagai daerah di Jawa Timur. Puncak kegiatan ADF dilangsungkan di Taman Budaya Cak Durasim dan berhasil memilih lima dalang anak-anak terbaik. 

Beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) membentuk kelompok karawitan yang diberi nama Pradangga Sastra Ingris (Prasasti). 

Kelompok seni tradisi ini merupakan salah satu yang paling aktif di lingkungan UGM. Secara periodik mereka mendapat undangan untuk tampil. Baik di lingkungan internal UGM maupun di luar kampus. 

Prasasti berkembang menjadi kelompok karawitan profesional karena dilatih secara khusus oleh ahli karawitan alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Nanang Karbito. 

Berbagai eksperimen gending yang dilakukan oleh pelatih langsung dipraktikkan oleh anggota Prasasti. Nanang merupakan komposer untuk tembang-tembang Jawa yang hasil karyanya dimainkan oleh Prasasti. 

Dalam konteks ini, Prasasti berkembang mengikuti tren. Tidak melulu berlatih gending-gending klasik. Pada malam pergantian tahun kemarin Prasasti pentas dalam Parade Gamelan 12 di Manisrenggo, Klaten. Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 20 kelompok karawitan mahasiswa dan pelajar. 

Prasasti saat itu menampilkan dua tembang karya Nanang berjudul Naliswati dan Hyang. Naliswati menceritakan hubungan asmara dua insan yang ternyata tidak berlanjut. Sedangkan Hyang merupakan tembang tentang pemujaan terhadap Tuhan Yang Mahaagung.

Terasa sekali bahwa dua tembang tersebut memenuhi selera anak muda kontemporer. Hasil adaptasi seni karawitan terhadap perkembang zaman.

Kehadiran kelompok karawitan yang dimainkan oleh anak-anak muda seperti Pakarsajen dan Prasasti menjadi bukti bahwa seni tradisi ternyata tetap eksis. Seni tradisi tidak akan mati di tengah-tengah derasnya perubahan global. 

Dengan dukungan teknologi, seni tradisi justru akan semakin eksis dengan pendukung yang semakin luas.


Purnawan Basundoro, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.--

Kategori :