Di tiga provinsi penting tersebut, sulit diramal ada paslon yang sangat dominan. Di Jabar (Amin dan Pragib bersaing ketat), Jateng (Gama/PDIP tetap kuat, tapi kemungkinan sudah tak terlalu dominan), dan Jatim (ketiga paslon sama-sama punya kartu truf).
BACA JUGA: Rebranding NU
Kalau melihat peta amunisi di tiga provinsi utama itu, kemungkinan pilpres satu putaran sulit terwujud. Kekuatan paslon 1, 2, dan 3 masih berimbang.
Namun, masih ada beberapa faktor yang membuat prediksi berdasar basis politik itu berubah. Yakni, pertama, suara generasi muda yang baru ikut pemilu. Mereka di luar kalkulasi perhitungan berbasis hasil pemilu lalu. Ke mana suara generasi Z bergantung kreativitas dan strategi merayu mereka.
Faktor kedua yang akan menentukan ialah intervensi kekuasaan. Pemilu di mana pun, di seluruh dunia, kubu yang didukung kekuasaan selalu menang. Kecuali lawannya benar-benar menang super-telak dan telak, yang didukung secara masif oleh rakyat.
BACA JUGA: Stigma NU Melarat
Kalau kekuatan paslon masih seimbang, nah bila kekuasaan ikut bermain, kelompok yang didukung itulah yang menang. Semoga harapan orang yang ingin pilpres berlangsung adil, terwujud. Tapi, mungkinkah? (*)