Pedagang yang menawarkan baju-baju abaya, kurma, makanan burung, cokelat, dan lain-lain, mereka menggunakan bahasa Indonesia.
”Silakan… Silakan beli, baju murah. Uang Jokowi hanya lima puluh ribu. Seratus ribu dapat tiga.” Kata-kata itu sering kali diucapkan para pedagang keliling yang menawarkan dagangan mereka di depan hotel tempat kami menginap.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (4): Harus Ekstra Sabar Antre Lift
Mereka tidak hanya menerima uang riyal. Uang rupiah pun mereka terima. Mereka menyebutnya uang Jokowi.
Masuk ke toko-toko suvenir di sekitar Masjid Nabawi, jangan khawatir tidak bisa berkomunikasi dengan penjualnya. Sebagian besar penjaga toko paham dan bisa berbahasa Indonesia.
Para penjaga toko di Kota Madinah sangat ramah. Mereka bisa merayu dengan bahasa Indonesia para jamaah yang berjalan-jalan selepas menunaikan salat.
Menurut penuturan mutawif kami, para penjaga toko umumnya paham benar bahwa salah satu konsumen potensial dari para jamaah adalah jamaah dari Indonesia. Jamaah dari Indonesia dikenal ramah, suka berbelanja, royal, dan banyak uangnya.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas
Oleh-oleh atau buah tangan jenis apa pun seolah selalu menarik perhatian jamaah dari Indonesia.
Para jamaah asal Indonesia biasanya berbelanja di sela-sela waktu menunaikan ibadah salat. Di toko-toko sekitar Masjid Nabawi, jamaah dari Indonesia selalu bisa dijumpai dengan mudah.
Meski di tangan kanan-kirinya sudah penuh tentengan tas-tas hasil belanjaan, mereka masih juga terus membeli.
Sistem kekerabatan dan solidaritas yang tinggi dengan komunitasnya di daerah asal membuat jamaah Indonesia selalu membeli buah tangan dalam jumlah besar.
Mereka tidak hanya siap-siap memberikan oleh-oleh untuk keluarga dan kerabatnya sendiri, tetapi juga oleh-oleh untuk para tetangga, teman di tempat kerja, dan lain sebagainya.
PROF Rahma Sugihartati sedang di toko parfum di Kota Suci.-Dok Pribadi-
Ukuran Kemakmuran
Kalau melihat sepintas, tidaklah salah jika para pedagang dan pemilik toko di Kota Madinah merasa jamaah Indonesia hidup berkecukupan.