Di sisi lain, Prof Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir membantah pernyataan netralitas PBNU yang disampaikan Gus Ipul berdasarkan contoh dari pertemuan KH Hanif Ismail di Semarang itu.
Menurut Gus Nadir, pernyataan netralitas yang dikemukakan oleh Gus Ipul itu bersifat formal legalistik.
“Jadi bicara bahwa tidak ada backdrop tadi yang mengindikasikan itu pertemuan di kantor NU, atas nama NU, aturan resminya sudah ada, dan seterusnya, tetapi yang terjadi di lapangan ternyata tidak seperti itu,” jelas Gus Nadir.
Gus Nadir mengakui bahwa pertemuan yang terjadi di Semarang itu tidak memakai atribut yang mengatasnamakan NU.
Namun, pernyataan KH Hanif Ismail untuk mendukung paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran itu berdasarkan dawuh atau perintah Rais A’am PBNU KH Miftachul Akhyar.
“Kiai Hanif juga seperti itu, tidak ada backdrop-nya tapi mengatakan ini dawuh dari Rais A’am. Bahkan di backdrop tadi ada tulisan 'SAMI’NA WA ATHA’NA' yang barusan kita baca itu berdasarkan pernyataan dari Rais A’am sebelumnya pada pertemuan di Hotel Bumi Surabaya,” jelas Gus Nadir.