Sementara itu, timnya (meski memiliki banyak pemain naturalisasi), bisa dibilang masih belajar. Menurutnya, Indonesia masih butuh banyak pengalaman untuk meningkatkan level. Terutama dari segi serangan.
BELUM menyerah! Jepang 3-1 Indonesia, Shin Tae-yong: semua bisa terjadi.-Hec-AFP
Dominasi Jepang sangat terlihat dari ball possession yang mencapai 71,2 persen. Tim asuhan Hajime Moriyasu itu juga mencatatkan 14 tendangan ke gawang, sedangkan Indonesia hanya 3 kali mengancam gawang Jepang.
"Dari sisi serangan, tim Jepang punya banyak striker bagus. Bukan itu saja, mereka juga bisa melakukan high press dengan baik. Ketika kehilangan bola, mereka bisa merebut dan melakukan serangan yang presisi," papar Shin Tae-yong.
BACA JUGA:Preview Indonesia vs Jepang: Laga Hidup dan Mati Garuda di Piala Asia
Sebaliknya, ketika Indonesia menguasai bola, para pemain bisa kehilangan kontrol lagi karena mendapat tekanan yang sangat besar dari pemain Jepang. Serangan balik mereka pun sangat mengerikan. Supercepat!
"Itulah sebabnya kami tidak membangun serangan dari kiper dengan baik. Sulit melakukan kerja sama antarpemain," jelas Shin Tae-yong.
"Kami punya banyak pemain muda, mungkin kurang pengalaman juga," imbuhnya.
BACA JUGA:Ramadhan Sananta Absen di 2 Laga Piala Asia, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas
Khusus untuk evaluasi setelah kekalahan dari Jepang, Shin Tae-yong sudah mencatat kesalahan-kesalahan yang bisa diperbaiki.
"Khususnya ketika kami mendapatkan bola kembali, sulit bagi kami mengembangkan permainan kami. Jadi, itu kelemahan yang harus kami perbaiki dan kami harus kembangkan lagi," jelasnya.
Shin Tae-yong mengaku paling puas ketika kita bisa mengalahkan Vietnam. Dalam matchday kedua pada 20 Januari 2024 itu, timnas Garuda mampu memberikan tekanan kepada lawan dan banyak menciptakan peluang gol.
"Pertandingan itu yang membuat saya paling bahagia," kata Shin Tae-yong. (*)