SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur mencatat adanya tren positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur selama 2023. Mulai dari penurunan angka kredit macet perbankan hingga peningkatan jumlah pengguna QRIS.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim Doddy Zulverdi menyampaikan turunnya angka Non Performing Loan (NPL) dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Jatim di 2024. “Kualitas kredit yang terjaga baik, membuat NPL di Jatim menurun,” ujarnya.
BACA JUGA: Bank Indonesia Prediksi Puncak Inflasi Terjadi Maret, Ada Apa?
Doddy menjelaskan, penyaluran kredit perbankan di Jatim secara YOY (year on year) Desember 2022 hingga Desember 2023 meningkat 8,45 persen dan terus naik.
Jika melihat data pada triwulan ke-2 tahun 2022, penyaluran kredit perbankan di Jatim mencapai 7,27 persen, naik 8,17 persen di periode yang sama pada tahun 2023.
Ia menambahkan, pertumbuhan kredit pada triwulan ke-4 tahun 2023 naik menjadi 8,45 persen. Disertai tingkat kualitas kreditnya yang terjaga. Hal ini yang membuat NPL perbankan di Jatim turun di triwulan ke-3 tahun 2023.
“Ini hal yang positif karena kita bisa mendorong kredit perbankan tanpa memicu kenaikan kredit macet,” tambahnya.
Laki-laki lulusan Universitas Padjadjaran itu memberikan apresiasi terkait jumlah merchant QRIS di Jawa Timur yang terus meningkat.
Pada Desember 2023 tercatat 3,45 juta atau meningkat 31.37 persen (yoy) dibandingkan Desember 2022 dan didominasi oleh merchant UMI (Usaha Mikro) dengan proporsi 64,39 persen dari total merchant.
“Perluasan pengguna baru QRIS terus diupayakan melalui berbagai program kolaborasi BI dan penyedia jasa pembayaran yang menyasar berbagai komunitas masyarakat,” lanjutnya.
Sepanjang 2023, pengguna baru QRIS di Jawa Timur sebanyak 2,22 juta atau 105,3 persen dari target. Menurut Doddy, peningkatan transaksi secara tahunan menggambarkan peningkatan akseptansi QRIS di masyarakat.
BACA JUGA: Independensi Bank Indonesia Pasca-UU P2SK
“QRIS dapat mendorong percepatan perbaikan ekonomi nasional, termasuk Jawa Timur, melalui transaksi pembayaran ritel yang cepat-mudah-murah-aman-handal,” sambungnya.
Sebelum menutup Bincang Bareng Media (BBM), Senin, 29 Januari 2024 di Gedung Bank Indonesia Jatim, ia mengatakan, saat ini yang perlu didorong adalah upaya untuk mencari peluang-peluang.
"Semua itu semata-mata agar perbankan bisa terus mencari area atau sektor-sektor yang bisa berpotensi dalam peningkatan kredit perbankan," tegasnya. (*)