BANGKALAN, HARIAN DISWAY - Kalau cari batik, jangan di Jawa Tengah saja. Pulau Madura, Jawa Timur, juga memiliki kekayaan wastra berupa batik yang begitu eksotis.
Hal itu diakui oleh Fery Farhati Baswedan, istri capres nomor urut 1 Anies Baswedan. Ketika berkunjung ke Bangkalan, Madura pada Rabu, 31 Januari 2024, dia menyempatkan diri berwisata ke sentra batik khas Madura.
Fery berkunjung ke sana bersama Rustini Murtadho, istri cawapres Muhaimin Iskandar. Mereka mendatangi sentra batik tulis bernama Batik Peri Kecil. Sebuah sentra batik yang menjual dan menghadirkan kain batik khas Madura mulai dari Batik Bangkalan, Batik Sampang, Batik Pamekasan, hingga Batik Sumenep.
BACA JUGA:Silaturahmi ke Pondok Pesantren di Sampang, Fery Farhati Rustini Murtadho Minta Doa Restu untuk AMIN
Fery dan Rustini melihat satu per satu kain batik khas Madura yang tersusun rapi di dalam rak. Berbeda dengan batik dari daerah lain, kain batik khas Madura memiliki beragam motif dan corak yang unik. Motifnya dibuat secara tradisional dan menggunakan pewarna alami.
Semua batik yang ada di sana adalah batik tulis. Tidak ada batik printing. Rupanya, sang pemilik ingin menjaga keotentikan batik tulis dan ikut melestarikan para perajin batik tulis Madura.
Fery mengagumi kesetiaan Mulat, pemilik sentra Batik Peri Kecil. Karena ia gigih menjaga dan melestarikan batik Indonesia. Meski sempat mengalami kesulitan saat pandemi Covid-19 melanda.
BACA JUGA:Kain Ecoprint Produk Penyandang Disabilitas Binaan Nurjanah Diapresiasi Fery Farhati
BACA JUGA:Lihat Kain Ecoprint Milik Penyandang Disabilitas, Fery Farhati Janji Majukan UMKM di Ternate
"Semua karya Pak Mulat dan perajin di sini begitu istimewa. Meski harus melewati rintangan, terlebih saat Covid-19, beliau tetap bertahan menjaga wastra Indonesia ini," tutur Fery Farhati.
FERY Farhati dan Rustini Murtadho kunjungi sentra batik Madura, perajin curhat harga bahan.-Timnas AMIN-
Fery juga mengapresiasi upaya sang owner yang memberdayakan para perajin di sekitar. Serta memberikan ruang kepada anak muda hingga anak-anak kecil yang ingin belajar membatik.
Sementara itu, Mulat mengatakan para perajin batik di Madura masih kesulitan mendapatkan harga bahan baku pewarna yang stabil. Dia berharap, Indonesia bisa memproduksi sendiri pewarna sintesis.
BACA JUGA:Fery Farhati Harapkan Kekuatan Doa Masyarakat Ternate untuk Kemenangan AMIN
"Kesulitan perajin itu sebenarnya di bahan. Karena bahan pewarna kita ini masih impor," ungkap Mulat. "Sepertinya belum ada yang produksi di dalam negeri untuk warna sintesis. Sehingga ada fluktuasi (harga)," jelasnya.