Potensi Besar Pesantren dan Kaum Santri (2-Habis): Motor Pembangunan Ekonomi

Kamis 08-02-2024,00:34 WIB
Oleh: M. Naufal Arsy Katon

Apalagi, ada riwayat yang menyebutkan bahwa berbisnis adalah metode mencari rezeki di muka bumi yang paling bisa diandalkan. 

BACA JUGA: Prabowo Dinobatkan Sebagai Sahabat Santri Indonesia oleh Ponpes Genggong Probolinggo

Diakui atau tidak, saat ini telah banyak pesantren yang memiliki gairah besar untuk menanamkan jiwa kewirausahaan kepada para santri. Pendidikan tentang kewirausahaan dijalankan supaya mereka kelak tidak hanya punya bekal ilmu keislaman. 

Mereka juga harus punya pikiran kreatif serta inovatif untuk dapat mencukupi aspek finansialnya secara mandiri. Jauh lebih baik jika ternyata mereka bisa membuka lapangan pekerjaan baru setelah lulus kelak.

Belakangan, pesantren berlomba-lomba memberikan pembelajaran maupun pelatihan tentang kewirausahaan. Bidang yang dijadikan objek kajian tentang perniagaan berbeda-beda sesuai potensi, kondisi, maupun kearifan lokal di pesantren tersebut. 

Di Pangkalan Data Pondok Pesantren Kementerian Agama, potensi pesantren dibagi dalam sejumlah bidang, antara lain, kemaritiman (misalnya, pesantren tersebut berada di daerah pantai atau kawasan pengelolaan potensi air tawar), agribisnis, vokasional, koperasi/ekonomi syariah, peternakan, perkebunan, teknologi, sentra kesehatan, keolahragaan, dan seni budaya.

Santri tidak boleh terbelenggu konsep-konsep konservatif yang dianggap tradisional tanpa pengembangan diri. Memegang teguh kearifan lokal itu penting. Namun, tidak berarti menutup mata terhadap perkembangan zaman. 

Santri merupakan potensi besar bagi ibu pertiwi. Gagasan santri yang berlandaskan kitab suci segala kurun, Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad sudah sepantasnya menjadi motor penggerak paling utama dalam memajukan bangsa. 

Bisa dibayangkan, tatkala santri menjadi garda terdepan dalam pembangunan, nilai-nilai keislaman akan ditebar ke segala bidang. Di satu sisi pembangunan berkelanjutan dapat dicapai. Di sisi lain, keberkahan untuk umat manusia dapat terpenuhi. Selamat dunia, selamat akhirat. 

Dalam konteks menjaga stabilitas bangsa, para santri merupakan pilar terkokoh. Betapa tidak, mereka tidak hanya dibekali jargon hubbul wathon minal iman. Lebih dari itu, penanaman nilai moral kebersamaan selalu diimplementasikan. 

Di pesantren kholaf maupun salaf, pembelajaran tentang wawasan kebangsaan dan kemajemukan bangsa selalu disampaikan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika disemai sedari dini. 

Pesantren kholaf memakai kurikulum modern sehingga mata pelajaran di sana banyak memuat ilmu umum dan punya banyak hubungan dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. 

Sementara itu, pesantren salaf umumnya memakai kurikulum tradisional. Mata pelajaran yang dibagikan pada para santri murni kitab-kitab klasik keagamaan.

Pembelajaran tentang wawasan kebangsaan dan kearifan lokal di pesantren kholaf dapat ditelaah dengan mudah. Pasalnya, pesantren model itu menjadikan kurikulum nasional sebagai salah satu acuan. 

Lantas, bagaimana dengan pesantren salaf yang cenderung tradisional? Jangan salah, di pesantren itu pun pembelajaran mengenai wawasan kebangsaan dan kearifan lokal digelontorkan kepada para santri. Dengan demikian, rasa cinta tanah air para santri tetap berkobar. 

Penanaman nilai-nilai nasionalisme pada para santri pesantren salaf bisa dilakukan dengan bertolak pada poin pokok dari ilmu-ilmu dalam kitab kuning klasik yang dipelajari. Melalui kitab yang membahas tauhid, fikih, hingga akhlak, disampaikan tentang pentingnya hubungan antarmanusia dan kasih sayang. 

Kategori :