Di-bully Sejak Penghitungan Suara Dimulai, Pengawas TPS Bunuh Diri

Selasa 20-02-2024,19:50 WIB
Reporter : Noor Arief Prasetyo
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Salah seorang Pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pemilu 2024 di Desa Alusi Kelaan, Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Maluku, bunuh diri pada 15 Februari.

Pengawas TPS itu bernama Kaspar Metintomwat. Dia bunuh diri seusai menyerahkan laporan ke Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) setempat.

Ketua Bawaslu Kabupaten Tanimbar Mathias Alubwaman mengatakan, pria berusia 31 tahun itu memilih mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.

Aksi gantung diri dilakukan karena diduga tidak tahan dengan perundungan atau bullying yang sering dialami korban. "Iya benar, Kaspar Metintomwat ini pengawas TPS di Tanimbar. Ia meninggal bunuh diri karena diduga tidak tahan di-bully," kata Mathias saat dihubungi dari Ambon, Senin, 19 Februari 2024.

BACA JUGA:Kalah Menang di Pemilu Itu Biasa

BACA JUGA:Jadwal Lengkap Pekan ke-25 Liga 1: Dua Laga Digelar di Stadion yang Sama

Berdasarkan informasi dari Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) Kormomolin, kata Mathias, Kaspar gantung diri di rumahnya pada Kamis 15 Februari 2024.

Awalnya, kata dia, Kaspar mengikuti proses pungut hitung perolehan suara di lokasi tempatnya bertugas. Ketika perhitungan selesai, ada yang datang untuk mendokumentasi hasil C-1 menggunakan telepon genggam.

Mereka yang hendak mengambil dokumentasi mendapat izin dari Kelompok Pemungutan Perhitungan Suara (KPPS) yang ada di TPS. Namun, Kaspar melarangnya.

Mungkin merasa jengkel karena dilarang, ada warga yang kemudian menyerang Kaspar dengan kata-kata negatif yang diduga mengarah pada fisiknya. "Korban ini punya sedikit kekurangan fisik, tetapi soal ucapan bully itu seperti apa, Panwaslu masih membuat kronologis kejadiannya," katanya.

BACA JUGA:Anak Istri Kelaparan, Curi Patung Bunda Maria di Gereja Bangkalan

BACA JUGA:Deal! Persebaya Perpanjang Kontrak Bruno Moreira 2 Tahun

Menurut dia, Kaspar yang mendapat ucapan tidak enak itu hanya memilih diam.

Kaspar lalu menemui Panwaslu untuk memasukkan laporan pengawasannya dan meminta untuk pulang ke rumah untuk makan. "Tiba-tiba dengar kabar kalau yang bersangkutan sudah meninggal karena gantung diri," ucap Mathias.

Tindakan bullying terhadap Kaspar ini bukan sekali, tetapi sudah sering kali sejak proses pungut hitung suara dimulai hingga selesai. "Soal kepastian apakah korban di-bully berkaitan dengan proses pemilu, itu yang masih sementara kami tunggu kronologis resmi dari Panwaslu kecamatan.”

Kategori :