Di Balik Trending Topic Tagar #JanganJadiDosen

Jumat 23-02-2024,01:00 WIB
Oleh: Bagong Suyanto

MEDIA SOSIAL belakangan ini ramai dengan tagar #JanganJadiDosen. Tagar tersebut masuk jajaran trending topic di platform X. Hingga 22 Februari 2024, tercatat sudah lebih dari 4.601 tweet terkait seruan untuk tidak menjadi dosen di Indonesia. 

Tagar #JanganJadiDosen itu berawal dari sebuah akun bernama @ardisatriawan. Pemilik akun tersebut memiliki nama lengkap Ardianto Satriawan yang merupakan dosen teknik elektro ITB. Ardianto memiliki 11 ribu follower

Cuitan-cuitan @ardisatriawan memang sering menyoroti profesi pekerja dosen, guru, hingga tenaga honorer yang memiliki upah kurang layak, dan bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan UMR Jakarta atau Surabaya. Ia juga menyinggung undang-undang yang mengatur profesi dosen di tanah air justru lebih banyak merugikan daripada memberikan apresiasi kepada profesi mulia itu.

BACA JUGA: Kepastian Karier Dosen Menjadi Guru Besar

Para netizen yang berprofesi dosen, guru, dan honoror turut meramaikan situasi. Mereka membagikan bukti terima gaji mereka selama mereka bekerja dan menggaungkan tagar jangan jadi dosen. 

Seorang dosen muda di media sosial memamerkan slip gaji dengan status ”dosen asisten ahli” yang nominalnya Rp 2.460.600. Untuk gaji pertama 80 persen, yang ia dapatkan Rp 2.048.480. Jumlah tersebut sudah barang tentu jauh dari gaji minimum buruh di kota besar yang biasanya di atas Rp 5.000.000.

BACA JUGA: Puluhan Dosen FISIP Unair Healing ke Luar Negeri, Merevitalisasi Batin dan Semangat Kerja

KELUHAN

Keluhan tentang nasib dan kesejahteraan dosen di tanah air sebetulnya bukan hal baru. Dibandingkan dengan ASN di departemen tertentu seperti Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan lain-lain, nasib dosen boleh dibilang kalah jauh. 

Berbeda dengan animo pencari kerja yang masih getol melamar menjadi PNS, di berbagai kampus animo lulusan terbaik untuk mau bersedia menjadi dosen sangatlah kurang. 

Kebanyakan lulusan terbaik lebih memilih mencari kerja di BUMN, di perusahaan swasta elite, dan di berbagai dunia usaha yang gajinya menjanjikan.

BACA JUGA: Dosen di Pusaran Kapitalisme PT

Meski profesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) masih menjadi idaman dan di setiap lowongan kerja PNS dibuka selalu terlihat membeludaknya pencari kerja yang mendaftar, menjadi dosen sering kali bukanlah pilihan utama. 

Bisa dibayangkan, seorang dosen yang bekerja lebih dari 30 tahun, tetapi bila yang bersangkutan belum guru besar, gaji yang diterima hanya Rp 10–15 juta.

Dalam banyak kasus, para lulusan PT yang mencari kerja umumnya sangat mempertimbangkan berapa gaji mereka. Juga, bagaimana karier serta kenaikan gaji mereka ke depan. 

Kategori :