UMKM di Hilirisasi Kelapa Sawit

Minggu 24-03-2024,14:15 WIB
Oleh: Rustinsyah

BACA JUGA: Lawan Diskriminasi Sawit Eropa, Strategi Indonesia dan Malaysia Harus Searah

Petani plasma adalah petani yang merupakan bagian dalam program transmigrasi pemerintah yang dijalankan pada 1987 atau perkebunan inti rakyat yang dikenal sebagai PIR-trans. 

Petani tersebut biasanya didatangkan dari Jawa. Pada program itu, setiap keluarga mendapatkan lahan pertanian seluas 2 ha ditambah lahan seluas setengah ha untuk rumah tinggal dan tanaman lainnya. Petani plasma  bermitra dengan perusahaan setempat, petani menyediakan bantuan berupa pekerja untuk menyiapkan lahan, sedangkan perusahaan menyediakan  bantuan teknis.  

Kira-kira dalam empat tahun, petani dapat menjual kelapa sawit kepada perusahaan. Saat ini diperkirakan perusahaan telah bermitra dengan 30 ribu petani plasma dengan total lahan seluas 60 ribu ha perkebunan kelapa sawit. 

BACA JUGA: Generasi Muda dan Tiga Tantangan Industri Sawit

Di sisi lain, ada petani kelapa sawit swadaya atau disebut petani mandiri. Mereka mengembangkan perkebunan yang dilakukan petani itu sendiri. Berdasar data Direktorat Jenderal Perkebunan, petani swadaya mengelola 41 persen lahan perkebunan sawit di tanah air. 

Angka tersebut menempatkan petani swadaya dalam posisi yang strategis untuk menghasilkan kelapa sawit. Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi petani kelapa sawit. Di antaranya, harga jual produk kelapa yang fluktuatif dan biaya pupuk yang tidak menentu. 

Produk yang dihasilkan dari kelapa sawit sangat beragam, mulai makanan hingga non makanan. Untuk program hilirisasi, UMKM dapat dilibatkan agar petani kelapa sawit mandiri memiliki peluang untuk mengolah kelapa sawit dan produk turunannya dengan modal yang tidak besar. 

BACA JUGA: Ekspor Sawit Melejit, Kontainer Sulit

Dengan berkembangnya UMKM untuk pengolahan kelapa sawit, lebih banyak masyarakat lokal yang dapat diberdayakan, khususnya petani kelapa sawit mandiri lokal. Adanya produk kelapa sawit mandiri lokal dapat memberikan dampak terhadap kesejahteraan petani kelapa sawit mandiri di sekitar perkebunan kelapa sawit. 

Hal tersebut tentu dapat meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit dan penjualannya tidak bergantung pada perusahaan besar. 

Produk UMKM kelapa sawit tentu menggunakan teknologi yang bisa dihasilkan masyarakat lokal. Saat ini ada sejumlah bengkel yang dapat membuat mesin untuk mengolah kelapa sawit dengan biaya yang terjangkau.

BACA JUGA: Luhut Ngamuk, Indonesia Produsen Sawit Terbesar Dunia, Harga Diatur Malaysia

Dengan berkembangnya UMKM pengolahan kelapa sawit, diharapkan dapat memberikan beberapa keuntungan. Di antaranya, 1) membuka peluang kerja lebih luas bagi masyarakat (petani) lokal) untuk mengolah biji kelapa sawit untuk dijadikan CPO dan produk turunan lainnya. Proses produksi kelapa sawit  dapat menampung tenaga kerja perempuan dan laki-laki. 

2) Hasil produksi kelapa sawit dan turunannya (seperti sabun, minyak goreng, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. 3) Menampung produk kelapa sawit yang dihasilkan petani mandiri sehingga dapat menjaga stabilitas harga jual TBS (tandan buah segar).

Untuk itu, pemerintah perlu memfasilitasi: 1) mengkaji kembali untuk memudahkan izin operasional UMKM sederhana agar mendapatkan kesempatan memproduksi kelapa sawit dan produk turunannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Kategori :