HARIAN DISWAY - Selama tiga hari belakangan saya berkomunikasi, bertemu, berdiskusi dengan Dr (Cand.) Rosa Vivien Ratnawati SH M.SD yang kini menjabat Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Karena itu, saya pun tercetus mengangkat topik sampah untuk masuk dalam bahasan khasanah Ramadan. Ya, sampah menjadi sesuatu banget.
Apalagi mengingat dalam dua hari di Jenewa, Swiss, Mbak Dirjen Vivien -begitu biasa saya memanggil- mengikuti pertemuan Global Methane Forum yang diinisiasi oleh US EPA di kantor PBB Jenewa.
Hebatnya Indonesia dipandang sebaga salah satu negara di Asia yang serius dalam menangani masalah methane. Terutama dari pengelolaan limbah dan sampah. Dalam forum itu, Indonesia bisa duduk sebagai steering committe yang diwakili oleh Dirjen PSLB3.
“Semoga Indonesia tetap konsisten untuk punya cita-cita tidak membangun TPA baru pada 2030 nanti,” kata Mbak Dirjen Vivien yang saya kenal sangat memahami ajaran-ajaran Jawa karena gelar yang disandangnya adalah Kanjeng Mas Tumenggung (KMT).
BACA JUGA: Khasanah Ramadan (14): War Takjil Pemersatu
Menurut beliau, ketika berbicara kelola sampah hulu hilir, maka peranan bank sampah sangatlah penting selain sebagai collection centre ketika sampah dipilah, tapi juga sebaga hubungan untuk offtaker yang butuh bahan baku daur ulang yang berasal dari sampah terpilah.
Dalam momentum Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada 21 Februari lalu, diluncurkan pedoman Bank Sampah sebagai panduan untuk mengoperasikan Bank Sampah secara profesional.
Sampah pada mulanya orang menafikannya dan tidak acuh selain sebagai barang buangan. Masalah sampah di Jakarta, Bandung maupun Surabaya dan kota-kota metropolitan lainnya terus saja menggeliat dalam persepsi tumpukan yang menjijikkan.
Peristiwa di TPA Leuwigajah, Cimahi, adalah tragedi mematikan akibat salah pengelolaan TPA yang mendasari Hari Peduli Sampah Nasional. Tempat pembuangan akhir ini meledak dan longsor pada 21 Februari 2005. Longsoran menimpa dua desa, Cilimus dan Pojok, da--Istimewa
Kisah-kisah lama peristiwa tragedi sampah di Bantar Gebang (2022), Keputih Surabaya (2001), Bojong Gede (2023) maupun Leuwigajah (2005) merupakan sisi gelap manajemen persampahan perkotaan yang tidak ekologia.
Peristiwa terakhir menjadi dasar munculnya HPSN untuk untuk mengenang tragedi sampah pada 21 Februari 2005 yang merenggut nyawa sebanyak 157 jiwa.
Dalam kasus banjir di musim hujan, menyertakan pula sampah yang menggoyang seluruh warga perkotaan. Sampah acap kali menggelegak menjadi problem serius.
Banjir yang terus mengintai dan beragam jenis penyakit kronis yang mengancam masa depan kaum urban, tidak luput dari isu sampah. Kota Jakarta yang trendi dan Surabaya (yang) herois misalnya pun tidak boleh tidur mengatasi sampah.
Pergolakan yang mewarnai pengelolaan sampah oleh pemerintah kabupaten/kota merupakan “krikil-krikil tajam” dari rentetan peristiwa penutupan atau pembukaan TPA.