Juga, berani mengungkapkan pemikiran dan saran mereka untuk memengaruhi kebijakan perusahaan, kolaborasi karyawan, dan pengembangan bisnis.
Dukungan keluarga menjadi terobosan penting yang dapat mengurangi kekhawatiran pemimpin perempuan yang memiliki peran ganda dalam keluarga. Peran suami yang memberikan izin dan persetujuan serta dukungan dari anak-anak yang bahagia dan memahami karier ibu mereka juga sangat berarti.
Dukungan lingkungan sosial juga diperlukan. Masyarakat diharapkan dapat menerima pemimpin perempuan yang memiliki sifat-sifat seperti lunak, sensitif, dan pengertian.
BACA JUGA: Membaca Gerak Para Ibu (Perempuan) Indonesia
Budaya terbuka dan modern yang tidak mempermasalahkan perempuan menjadi pemimpin perlu ditanamkan dalam lingkungan tersebut.
Organisasi juga dapat melakukan terobosan dengan mengadvokasi kesetaraan gender, menantang stereotip gender, dan menumbuhkan budaya terbuka dan inklusif. Dengan demikian, anggota organisasi merasa nyaman mendiskusikan isu-isu terkait bias tanpa takut akan pembalasan.
Pemberdayaan perempuan dalam kepemimpinan juga penting untuk menumbuhkan budaya yang lebih inklusif di dalam organisasi.
BACA JUGA: Polemik Korupsi Lelaki-Perempuan
Peran dan dukungan pemerintah menjadi hal mutlak dalam menghadapi tantangan itu. Kebijakan seperti penetapan kuota perempuan dalam parlemen, perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, upaya memperluas kesempatan kerja, dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mendukung pemimpin perempuan.
Dengan terobosan, upaya, dan langkah-langkah tersebut, diharapkan pemimpin perempuan dapat menghadapi realitas yang terbatas dengan lebih baik. Dengan begitu, dapat terwujud kesetaraan dan representasi yang lebih baik di berbagai bidang. (*)
Linda Sutanto, konsultan dan peneliti human capital dan manajemen kinerja; mahasiswa Program Doktoral Ilmu Pengembangan SDM, Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga-Dok Pribadi-