Khasanah Ramadan (23): Hari Esok Masjid

Rabu 03-04-2024,13:17 WIB
Reporter : Suparto Wijoyo
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - PARA pembaca Khasanah Ramadan ada yang gelisah. Paling tidak dag-dig-dug-der hatinya tempo hari. Titip selisik atas makmurnya masjid di hari-hari ini.

Masjid di gang-gang sempit perkotaan begitu meriah. Kalau masjid besar tidak usah digalaukan. Apalagi yang dikelola dengan manajemen modern dan melibatkan institusi pemerintah. 

Intinya yang di bulan ini, masjid-langgar-surau tampak semarak. Penerimaan jajanan takjil membanjiri serambi-serambinya hingga halaman muka. Riuh rendah anak-anak, remaja, dewasa, serta jamaah kaum lansia. Suasananya begitu menggembirakan.

Betapa makmurnya masjid di bulan Ramadan. Inilah salah satu silang simpul betapa wulan poso itu berkah. Hanya saja sejawat itu berbisik lirih: bagaimana kemakmuran masjid kelak di kemudian hari? Akankah semakmur sekarang ini?

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (21): Zakat Menyejahterakan Umat

Agar kelihatan tetap akademik, jawabannya saya berikan dengan menyitasi kisah-kisah di jelang peristiwa penyerbuan pasukan Abrahah di ʿām al-fīl Tahun Gajah yang kira-kira sama dengan 570 M.

Saat itu Abrahah memasuki Makkah dan merampas 200 ekor unta Abdul Muthalib. Pemimpin Qurays itu pun berdiri dan menemui Abrahah.


Betapa makmurnya masjid di bulan Ramadan dengan umat yang mengaji seperti di Masjid Al Hikmah Surabaya. Inilah salah satu silang simpul betapa wulan poso itu berkah. --

Kepada Abrahah, Abdul Muthalib datang untuk meminta Abrahah mengembalikan untanya. Abrahah di al-Mughammas agak terkejut, karena Abdul Muthalib tidak membincangkan mengenai pengamanan Ka’bah yang hendak dihancurkan, melainkan sibuk mengenai pengembalian 200 ekor untanya.

Abrahah lantas menghardik: … “Oh ternyata kamu hanya membicarakan rampasan 200 unta milikmu yang telah dilakukan pasukanku. Mengapa kamu tidak merundingkan mengenai Ka’bah yang menjadi simbol spiritual nenek moyangmu? Sementara aku datang ke sini bukan untuk silaturahmi, apalagi ngabuburit melainkan hendak menghancurkan Ka’bah". 

Abdul Muthalib merespons dengan penuh keteduhan makna: "Sesungguhnya aku ini adalah pemilik unta, sementara Ka’bah itu ada pemiliknya sendiri (Tuhan), biarlah pemiliknya yang akan menjaganya". Maka Abrahah mengembalikan unta milik Abdul Muthalib.

Dalam ruang keimanan saya berujar untuk tetap kukuh meyakini bahwa masjid itu tempat di mana nama Allah SWT selalu disebut, tempat hamba-hamba-Nya menyujudkan dirinya. Oleh karenanya yang perlu kita khawatirkan adalah masa depan kita sendiri, mampukah kita menjaga diri ini tetap teguh mengahadirkan keberkahan hidup, tidak kintir atas derasnya arus zaman.

Tentu dengan segala ikhtiar dan saya bentangkan kalender kehidupan keagamaan. Usai Ramadan hadirlah Syawal 1445 H. Kumandang takbir akan menggema menyemarakkan nuansa Idulfitri.

Juga akan datang Iduladha 1445 H. Pemberangkatan calon haji amatlah sibuk. Sambutan selanjutnya kepulangan jamaah haji. Begitulah bulan-bulan akan beranjak.

Masjid-masjid akan silih berganti menghadirkan jamaahnya. Manusia kerap terpanggil dan evolusi akan terjadi. Ada yang datang, karena takdirnya ada yang pergi.

Kategori :