BACA JUGA: Purnawirawan Jenderal Sibuk Somasi
Jokowi juga melakukan percepatan jabatan saat pengangkatan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto. Sebab, aturan sekarang, syarat menjadi panglima TNI ialah pernah atau sedang menjabat kepala staf angkatan.
Agus yang masih berpangkat letjen dan menjabat wakil KSAD langsung dilantik sebagai KSAD. Agus dilantik karena Jenderal Dudung Abdurrahman masuk pensiun.
Hanya sebulan menjabat KSAD, Jenderal Agus langsung dipromosikan menjadi panglima TNI untuk menggantikan Laksamana Yudo Margono. Sebenarnya, presiden bisa saja memilih KSAL atau KSAU. Tapi, pilihan Presiden Jokowi tetap jatuh ke Jenderal Agus.
Wajar saja bila presiden menempatkan orang-orang pilihannya di jabatan strategis. Presiden tentu sudah punya pilihan positif terhadap para jenderal yang pernah dekat, seperti mantan ajudan atau komandan Paspampres. Itu akan memudahkan komunikasi.
Kini Presiden Jokowi, yang memasuki tahun terakhir kekuasaannya, dikelilingi jenderal kepercayaannya. Di tahun pemilu (pilpres), Jokowi yang menjadi sasaran kritik –karena dianggap sebagian masyarakat tidak netral– tetap mampu mengendalikan keamanan.
Secara psikologis, tentu seorang presiden (di negara mana pun) akan merasa tenang bila jenderal-jenderal yang berada di sekitarnya sudah terbukti sangat loyal. (*)