Cadangan Devisa Indonesia April Turun Dari Bulan Sebelumnya, Ini Penyebabnya...

Kamis 09-05-2024,00:21 WIB
Reporter : Michael Fredy Yacob
Editor : Salman Muhiddin

HARIAN DISWAY - Cadangan devisa Indonesia masih tetap tinggi. Hingga akhir April 2024 lalu, posisi cadangan devisa Indonesia berada di angka USD 134,2 miliar (Rp 2.153 triliun). Hal itu diungkapkan Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Fadjar Majardi di Jakarta.

“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” katanya, Rabu 8 Mei 2024.

Posisi cadangan devisa tersebut menurun dibandingkan posisi pada akhir Maret 2024 lalu di angka USD 140,4 miliar. Kondisi itu dipengaruhi oleh pembayaran utang pemerintah di luar negeri. 

BACA JUGA: Bogasari Ajak UKM Mitra Umroh dan Edutrip ke Australia

Juga kebutuhan stabilitas nilai tukar Rupiah, seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. 

Pada pukul 13.45 WIB, Rabu, 8 Mei 2024, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.082,35 per dolar Amerika Serikat.

Bank Indonesia memandang, cadangan devisa akan tetap memadai.

Kondisi itu didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga. Beriringan dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh BI.

Pemerintah juga dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Indonesia mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tetap kuat pada triwulan I-2024.

Yakni mencapai 5,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

BACA JUGA: Woow…, Harga Gula Tembus Rp 20 Ribu per Kg

“Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia terus dapat menunjukkan resiliensinya, terlihat dari capaian pertumbuhan pada triwulan I ini,” kata Sri Mulyani dalam keterangannya di Jakarta, Senin 6 Mei 2024.

Di sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh masing-masing 4,9 persen dan 24,3 persen (yoy).

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih kuat terutama didorong oleh terkendalinya inflasi, meningkatnya aktivitas ekonomi selama Ramadan, kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), dan pemberian tunjangan hari raya (THR).

Kategori :