Perjuangan Penjual Salak Asal Bojonegoro Menabung 12 Tahun Untuk Naik Haji, Sang Suami Tidak Bisa Ikut Karena Ini

Sabtu 11-05-2024,14:28 WIB
Reporter : Novia Herawati
Editor : Taufiqur Rahman

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Usia boleh tua. Tetapi semangat beribadah boleh diadu dengan anak muda. Itulah Pajiyah. Jamaah haji asal Bojonegoro yang kini berusia 63 tahun.

Tekad warga Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro untuk berhaji begitu besar. Tertatih-tatih dia mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi menunaikan rukun Islam kelima, yakni berangkat ke tanah suci.

"Sudah nabung dari tahun 12 (2012, red) bulan Januari di Bank Jatim," ucap Pajiyah kepada Harian Disway seusai tiba di Asrama Haji Sukolilo, Sabtu, 11 Mei 2024.

Penantian panjangnya kini dibayar tuntas. Sebab sebentar lagi, bersama rombongan jamaah lainnya, Pajiyah akan terbang ke tanah suci. Menjadi tamu Allah yang diidam-idamkan sejak lama.

BACA JUGA:Kloter Pertama Jamaah Haji Jatim Asal Bojonegoro Tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya Pagi Ini

Sayangnya, keinginan untuk berhaji bersama suami harus pupus di tengah jalan. Pajiyah berangkat seorang diri ke tanah suci. Tanpa ditemani sanak famili.

“Berangkat sendiri, suami saya sudah meninggal," imbuh Pajiyah dengan mata berkaca menahan air mata.

Diantar ketiga anaknya, Pajiyah berangkat dari Rumah pada Jumat malam, 10 Mei 2024. “Tadi berangkat dari rumah jam 10 malam diantar sama tiga anak saya,” tambahnya


Pajiyah, jamaah asal Bojonegoro berusia 64 tahun.-Teddy Insani Fi Syabilillah -

Sehari-harinya, Pajiyah menyambung hidup dengan berdagang buah salak di Pasar. Dengan sabar, Pajiyah menjajakan Salak demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Bahkan, dia rela menjual sawah kesayangannya demi bisa berhaji. "Dulu sekali saya beli sawah Rp 600 Ribu. Lalu saya jual dapat Rp 60 Juta buat (tambahan) bayar haji," katanyi.

BACA JUGA:Suhu di Arab Saudi Bisa Tembus 50 Derajat Celcius, Jemaah Haji Wajib Tahu Cara Mencegah Terkena Heat Stroke

Meski usia tak lagi muda, kondisi kesehatan Pajiyah dinyatakan sehat oleh petugas. Dia masih mampu berjalan kaki tanpa menggunakan alat bantu kursi roda. 

Pajiyah pun tak kuasa membendung air matanya. Perlahan, air mata mengalir di pelupuk. Dia sangat terharu hingga tak percaya hari ini akan tiba. 

“Senang (sampai,Red) kudu (harus,Red) nangis. Udah punya cucu tiga. Setiap masa haji aku pingin. Sudah Istitha'ah," tandas jamaah lansia itu dengan nada lirih sambil mengusap air mata. 

Kategori :