LUHUT Binsar Pandjaitan suka membuat pernyataan yang bikin heboh. Yang terbaru, ia mengingatkan Prabowo Subianto supaya tidak membawa orang-orang toxic ke dalam kabinetnya.
Rupanya Luhut paham bahasa gaul sehingga ia memakai istilah toxic. Tapi, istilah gaul itu menimbulkan kontroversi ketika dipakai sebagai terminologi politik.
Secara etimologi, toxic berarti beracun. Dalam bahasa gaul, artinya orang yang beracun yang membawa pengaruh negatif pada lingkungannya. Orang toxic membawa racun yang bisa menulari orang di sekitarnya dan menyebabkan lingkungannya tidak sehat.
BACA JUGA: Makan Takjil, Puluhan Orang di Jember Keracunan
BACA JUGA: Korupsi Semanis Madu Beracun
Ada istilah toxic relationship yang sering dipakai anak-anak milenial untuk menggambarkan hubungan cinta yang tidak sehat.
Hubungan toxic adalah hubungan yang tidak sehat sehingga membuat individu yang terlibat di dalamnya merasa tidak bahagia, direndahkan, mengalami ketidakadilan, dan selalu menjadi sasaran amarah yang berakhir pada kekerasan verbal, psikologis, maupun fisik.
Luhut tidak menjelaskan secara detail apa yang dimaksudkan dengan toxic dan siapa saja yang dianggapnya masuk kategori toxic. Banyak yang menduga hal itu dikaitkan dengan rencana Prabowo untuk membentuk koalisi besar dengan merangkul partai-partai yang berseberangan dengannya dalam kontestasi Pilpres 2024.
BACA JUGA: Soal Orang Toxic di Kabinet, Jokowi: Tanyakan ke Pak Luhut!
BACA JUGA: Pesan Luhut untuk Prabowo: Jangan Bawa Orang Toxic ke Kabinet!
Setelah dinyatakan secara resmi sebagai pemenang oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan kemudian dikuatkan oleh keputusan MK (Mahkamah Konstitusi), Prabowo langsung tancap gas menemui para pimpinan partai yang berseberangan dengannya.
Prabowo sudah bertemu dengan beberapa pimpinan parpol dan sudah mendapatkan jaminan untuk bergabung dalam koalisi besar. Sangat patut diduga bahwa ada deal ”syai’un li syai’in”, something for something atau tit for tat.
Apa lagi yang bisa ditawarkan Prabowo kecuali kursi kabinet alias jatah menteri. Meski hal itu tidak mengemuka, hampir pasti kursi menteri menjadi sebentuk bargain yang paling ampuh untuk menarik lawan supaya mau bergabung.
BACA JUGA: Mengatasi Toxic Work Culture
BACA JUGA: 3 Tanda Dirimu Toxic dalam Hubungan, Sadari dan Ubah Sekarang!