SURABAYA, HARIAN DISWAY - Tepat 12 tahun lalu, 3 Juni 2012, sejarah kelam mencoreng persepakbolaan Indonesia, khususnya di Kota Pahlawan, Surabaya.
Bentrokan antara suporter Persebaya dan aparat kepolisian di Stadion Tambaksari menjadi tragedi yang tak terlupakan.
Pertandingan Persebaya melawan Persija Jakarta di lanjutan kompetisi Indonesia Premier League (IPL) berlangsung seru dan penuh tensi.
De Porras, pemain Persija, mencetak hattrick dan membuat skor menjadi 2-3.
Namun, aksinya mengacungkan jari tengah ke arah suporter Persebaya memancing kemarahan Bonek. Botol dan benda lainnya dilemparkan ke lapangan.
BACA JUGA:Bulannya Persebaya Tiba, Candra Wahyudi dan Yahya Alkatiri Nyekar ke Makam Pendiri Klub
Fernando Soler menyelamatkan Persebaya dengan gol penyama kedudukan di akhir pertandingan.
Seusai laga, beberapa Bonek turun dari tribun untuk mencopot spspanduk
Aparat kepolisian yang berjaga, salah mengartikan situasi dan menganggap mereka hendak menyerang para pemain Persija.
Kericuhan pun tak terhindarkan. Aparat membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata secara membabi buta ke arah tribun BB, yang dipenuhi ibu-ibu, perempuan, dan anak-anak.
Banyak yang berlari ke pintu keluar stadion, sesak napas dan perih di mata karena gas air mata.
Polisi menembakan gas air mata ke arah penonton di Stadion Tambaksari,Surabaya pada 3 Juni 2012-instagram -@north12area
Di lorong-lorong gelap yang sesak, tragedi terjadi. Purwo Adi Utomo, seorang pemuda yang masih duduk di SMK Negeri 5 Surabaya, meninggal dunia karena kekurangan oksigen dan terinjak-injak saat berebut keluar stadion.
BACA JUGA:Mural 'Forever Persebaya': Ungkapan Cinta Bonek Mania Sambut HUT ke-97