Kisah Bacawali Samarinda Daniel Mahendra Yuniar: Dari Kuli Angkut ke Dirut PLTU ‘Dahlan Iskan’

Rabu 05-06-2024,11:23 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Ia bagaikan cabang di pohon yang tumbuh ke arah jauh, tetapi akar tetap satu: Samarinda memanggilnya untuk kembali.

Daniel melanjutkan kuliah di Kota Tepian, julukan Samarinda. Namun, lika-likunya seperti Sungai Mahakam. Panjang dan berkelok. Plus banyak buayanya. Namun, justru di sana lah ia ditempa.

Daniel mendaftar di Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Masalahnya, duit tak cukup.

Ia ingat, uang yang dibawa cuma  Rp 485 ribu, sedangkan SPP per semesternya Rp 600 ribuan. Daniel berada di persimpangan jalan. Menyerah atau cari jalan.

“Akhirnya jadi kuli angkut yang dibayar Rp 8.500 per hari,” katanya. Waktu berlalu. Ia dapat pekerjaan yang lebih oke. Yakni, sebagai wakar atau penjaga malam sebuah hotel di Samarinda. 

“Saya ngomong ke pemilik hotel soal dana kuliah. Alhamdulillah, diberi untuk membayar kekurangan SPP," jelasnya.

Untuk menyambung hidup dan mengirim uang ke Jawa, ia menyambi sebagai tenaga pendidik di Sekolah Samarinda dan bekerja sebagai kuli.

Gaji kerja serabutan itu beragam. Dari Rp 1.000 per jam hingga Rp 50.000 sehari. Apapun dilakukan. Yang penting halal.

Pada tahun 2003, Daniel memboyong orang tuanya ke Kalimantan Timur. Ia ingin mencari pengobatan untuk ayahnya. Kata orang, di Kutai Kartanegara (Kukar) ada tukang pijat yang bisa menyembuhkan stroke.

"Saya masih ingat, dulu naik Kapal Tidar dan kami tidur di pos kamling Kelambu Kuning, Tenggarong selama dua hari. Hingga akhirnya kami diberi tempat tidur di gudang kecil oleh orang baik," kenangnya.

Daniel terus berjuang dengan keluarganya. Ia berhasil lulus kuliah pada tahun 2004 dengan berjualan sawi.

Mentalitas entrepreneur menguat dalam dirinya. Daniel mengembangkan usaha sayurnya hingga melebarkan sayap di bidang konstruksi dan peternakan. Termasuk tambak udang.

Pada 2012 Daniel membuka usaha unik. “Ternyak jangkrik… Serius, ternak jangkrik!,” ucapnya lalu mengeluarkan HP.

Ia menunjukkan sebuah artikel. Judulnya: Pengusaha Muda Tenggarong Tekuni Ternak Jangkrik. Diterbitkan 2012.

Pertemuan dengan Dahlan Iskan

Omzet ternak jangkrik ternyata ngeri: Rp 210 juta per bulan. Daniel pun melanjutkan kuliah S2 hukum bisnis di Universitas Merdeka Malang dari tahun 2012 sampai 2014. 

Kategori :