Namun, saat ini telah terjadi perubahan-perubahan yang memungkinkan siapa pun untuk menyiapkannya. Tapi yang tak boleh ditinggalkan adalah bahwa dalam tradisi slametan, makna ayam lodho sego gurih dapat dilihat dalam ujub yang dilantunkan.
Ayam lodho khas Tulungagung, Jawa Timur, yang disajikan sebagai makanan untuk selamatan. --
BACA JUGA: Anda sedang Mudik atau Libur Lebaran ke Kediri? Coba 5 Makanan Khas Ini
Ujub adalah doa berbahasa Jawa yang digunakan untuk mengungkapkan tujuan upacara adat dan siapa makanan itu ditujukan. Dalam pelantunan ujub, pendoa menggunakan bahasa Jawa inggil yang sakral dan statis yang memangtidak boleh diubah.
Dalam prosesi slametan, ujub yang dilantunkan dalam suasana khusyuk itu berbunyi demikian: Kajatipun engkang werni sekul suci ulam sari hormat dumateng junjungan kito Nabi Muhammad SAW, sak garwa lan putranipun sedaya.
Bila diartikan bebas yakni: Hajatnya yang berupa nasi suci dan lauk inti hormat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta istri dan putranya semua. Maksudnya semua yang turut serta berdoa untuk meminta yang terbaik.
BACA JUGA: Mengingat Kembali Kuliner Legenda Lentho; dari Camilan hingga Pelengkap Lontong Balap
Jika diinterpretasikan secara sederhana, makanan dalam slametan menjadi sesaji yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Bermakna sebagai harapan untuk mendapatkan petunjuk dari Nabi dan agar acara yang sedang dilaksanakan direstui Allah SWT.
Ayam lodho diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah Indonesia. Kuliner ini telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Tulungagung dan telah diwariskan secara turun-temurun. Tidak diketahui jelas siapa pencipta atau penggagas hidangan ini.
Ayam lodho telah menjadi kuliner khas Tulungagung yang syarat akan makna budaya. Hidangan ini tidak hanya menawarkan cita rasa yang gurih dan pedas, tetapi telah menjadi bagian integral dari tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat. (*)
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, peserta Magang Reguler di Harian Disway