HARIAN DISWAY - Puber kedua merupakan istilah yang menggambarkan perilaku seseorang, terutama orang tua, yang menunjukkan sikap-sikap seperti anak muda. Banyak yang berpendapat bahwa puber kedua hanya terjadi pada laki-laki.
Tetapi faktanya, baik pria maupun wanita dapat mengalaminya. Pada wanita, puber kedua lebih umum terjadi selama masa menopause, sementara pada pria terjadi ketika terjadi penurunan hormon testosteron. Persamaan di antara keduanya adalah adanya perubahan hormon yang dapat membuat seseorang merasa tidak menarik lagi dan mendorong mereka untuk berdandan atau bertingkah laku seperti generasi yang lebih muda. BACA JUGA: Menua! Penampilan Jackie Chan di Usia 70 Tahun Jadi Sorotan Netizen Pubertas kedua umumnya oleh orang tua yang berumur sekitar 40 tahun. Pada usia 40 tahun, sering kali terjadi fenomena yang disebut sebagai puber kedua pada pria, yang juga dikenal sebagai midlife crisis. Ketika semua aspek kehidupan terasa stabil, rasa kejenuhan dapat mulai muncul. Hal ini menyebabkan banyak pria melakukan perilaku yang tidak biasa. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka masih memiliki kehebatan seperti saat remaja. Banyak pria di usia 40-an menolak kenyataan bahwa mereka telah menua. Ini sering kali ditandai dengan gejala-gejala dari puber kedua pada pria. Selain itu, pria sering mengalami rasa bosan dan kejenuhan.Jika orang-orang yang Anda kasihi, terutama orang tua, mulai menunjukkan tanda-tanda puber kedua, penting untuk memberikan dukungan dan pengertian. --iStockphoto BACA JUGA: Wajah Berubah, Charlize Theron Marah Disebut Operasi Plastik: Aku Ini Menua! Salah satu faktor yang dapat menyebabkan rasa bosan adalah adanya aturan yang ketat dari pasangan mereka. Banyak pria merasa bosan bukan karena keadaan fisik pasangannya, tetapi karena perilaku dan sikapnya. Terkait dengan kurangnya penelitian yang mendalam mengenai puber kedua, hal ini mungkin karena fenomena ini belum sepenuhnya diakui secara luas dalam masyarakat atau tidak dianggap sebagai masalah kesehatan mental yang signifikan. Namun, penting bagi kita untuk memahami bahwa perubahan perilaku yang terjadi pada puber kedua bisa menjadi menantang, baik bagi individu yang mengalaminya maupun bagi orang-orang di sekitarnya. BACA JUGA: Mengatasi Anak Pilih-Pilih Makanan, Maksimalkan Peran Orang Tua Jika orang-orang yang Anda kasihi, terutama orang tua, mulai menunjukkan tanda-tanda puber kedua, penting untuk memberikan dukungan dan pengertian. Meskipun puber kedua sering dikaitkan dengan pria, wanita juga mengalami hal serupa. Namun, umumnya lebih banyak pria yang mengalami puber kedua karena mereka sering membutuhkan perhatian dan pengakuan di luar lingkungan rumah. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan jika orang tua Anda mengalami pubertas kedua: 1. Menghormati dan Mengasihi Anak perlu menunjukkan penghargaan dan kasih sayang terhadap orang tua yang sedang mengalami puber kedua. Sikap hormat dan cinta dapat membantu orang tua merasa diterima dan dihargai.
Anak perlu menunjukkan penghargaan dan kasih sayang terhadap orang tua yang sedang mengalami puber kedua. Sikap hormat dan cinta dapat membantu orang tua merasa diterima dan dihargai. --iStockphoto BACA JUGA: Perjuangan Orang Tua Bayi Kembar Siam Arselo-Arsenio, Baru Curiga saat Kandungan Berusia 7 Bulan 2. Sampaikan Pemikiran dan Masukan Apabila anak memiliki pendapat atau saran, sampaikanlah dengan penuh hormat dan kasih sayang. Ini dapat membantu orang tua merasa didengar dan dipahami. 3. Berdoa untuk Orang Tua Anak sebaiknya memanjatkan doa untuk orang tua mereka, serta merawat dan mencintai mereka dengan tulus. Ini dapat membantu orang tua merasa dihormati. 4. Menghadapi dengan Kasih Sayang Anak sebaiknya menghadapi orang tua yang mengalami puber kedua dengan kasih sayang dan empati. Sikap ini dapat membantu orangtua merasa diterima. BACA JUGA: Jangan Lakukan Lagi! Ada Pengaruh Bentakan Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri Anak ketika Dewasa 5. Menghormati Tujuan Orang Tua Anak sebaiknya menghargai tujuan orang tua yang mengalami puber kedua. Ini dapat membantu orang tua merasa bahwa anak-anak mereka memahami dan mendukung mereka. Dengan demikian, anak harus memiliki beberapa perilaku dan sikap yang tepat untuk menghadapi orang tua yang sedang mengalami pubertas kedua. (*) * Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung