HARIAN DISWAY - Literasi adalah hal yang sangat penting terhadap perkembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berintegritas. Di era 4.0 yang mulai masuk ke era 5.0, teknologi kini semakin canggih dan banyak perkembangan baru.
Kecanggihan teknologi yang bekembang secara cepat ini membuat generasi muda semakin malas untuk mengerjakan tugas sehari-hari. Saking malasnya, tingkat literasi mereka sangat rendah. Ini tentu menjadi sebuah keprihatinan. Padahal literasi dapat memperluas wawasan dan pengetahuan di segala aspek kehidupan. Literasi akan membantu siapa pun untuk berpikir kritis dalam mengambil setiap keputusan. Semua itu dibutuhkan ketika tantangan zaman makin besar. BACA JUGA: Sebarkan Literasi Digital dalam Lingkup Keluarga Namun, saat ini untuk menanamkan dan menumbuhkan budaya literasi kepada Gen Z sangat tidak mudah. Berdasarkan hasil Progamme for International Student Assessment (PISA) pada 2022, Indonesia naik menjadi posisi ke-5 tingkat literasi terendah. Sedangkan berdasarkan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPLM) literasi masyarakat Indonesia pada 2022 berada pada 64,48 dari skala 100. Ini artinya Indonesia berada pada posisi sedang. Tentu saja, hal ini harus terus ditingkatkan. Bahkan hal ini harus segera diatasi untuk mencegah banyaknya SDM Indonesia yang semakin tidak berkembang dan tidak berkualitas yang akhirnya dapat menghambat perjalanan bangsa ini semakin maju di antara negara-negara lain.BACA JUGA: Empat Pilar Literasi Digital Kunci Cerdas Masyarakat Modern
Dampak Rendahnya Literasi 1. Menurunnya sikap toleransi Kurangnya literasi setiap individu akan membuat seseorang mudah tersinggung oleh informasi yang beredar di media. Hal ini dikarenakan mereka kurang memahami isi atau konten yang ada di media tersebut. 2. Mempengaruhi stabilitas nasional Rendahnya literasi dapat mempengaruhi stabilitas nasional karena meningkatnya resiko perpecahan yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman terhadap keanekaragaman bangsa. Seseorang yang literasinya rendah salah satu cirinya adalah sulit untuk menerima dan menghargai setiap perbedaan yang ada. Ini karena sesuatu yang dia ketahui adalah sesuatu yang hanya dilihat sekarang.BACA JUGA: Literasi Rendah, Minat Penelitian Lemah; Pendidikan di Indonesia Masih Minim Lahirkan Inovasi
3. Keterbatasan dalam pendidikan Tingkat literasi yang rendah juga menghambat kemampuan seseorang dalam menempuh pendidikan. Karena untuk memahami materi pembelajaran dibutuhkan literasi yang tinggi. Semakin tingkat literasi tinggi, maka semakin bagus kualitas pendidikannya. 4. Banyak tersebarnya hoax Di era digital, informasi semakin banyak disebarkan melalui media. Selain informasi cepat tersampaikan, siapa pun akan lebih banyak menerima informasi dari segi apa pun. Nah dalam situasi inilah diperlukan tingkat literasi yang cukup. Selain itu, jika kecanggihan dunia ini tidak diimbangi dengan literasi maka akan menyebabkan kelemahan menyerap informasi dengan baik. Akhir-akhir ini banyak berita hoax yang memenuhi media, jadi kita harus pandai memilah dan memilih informasi.BACA JUGA: Bentengi Diri dengan Kemampuan Literasi untuk Dapatkan Manfaat Digitalisasi
5. Melemahnya daya ingat Literasi akan membantu dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan membaca seseorang akan dapat mengolah informasi secara sistematis dan mengingat setiap informasi yang diperolehnya itu dengan lebih baik. Namun, jika seseorang memiliki literasi yang rendah secara otomatis sistem otak akan sedikit bekerja dan menyebabkan kerusakan, sehingga sistem kerja otak menurun dan melemahkan daya ingat. Sangat merugikan, bukan. Itu bisa dipahami karena semakin kita sering membaca otak akan semakin mudah dalam mengingat suatu hal. Karena itu upaya untuk mendorong meningkatnya literasi mau tak mau harus dipacu. Semua pihak harus ikut berperan. BACA JUGA: Urgensi Membumikan Literasi Keuangan, Cegah Galbay Pinjol Budaya literasi sebaiknya ditanamkan sejak dini dan berlangsung terus hingga dewasa. Terutama bagi para pelajar. Sebab mereka inilah para generasi penerus. Semakin tinggi literasi maka SDM yang berkualitas akan semakin banyak yang tercipta. (*) Artikel ini ditulis oleh Anik Zulfia, mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, peserta Magang Regular di Harian Disway