Mereka juga menurunkan pajak anggur dan bisnis hiburan malam hingga 31 Desember 2024 mendatang.
Di tempat kerja malam itu kebanyakan yang dijumpai adalah kathoey. Meningkatnya keberadaan mereka didukung juga dengan kemudahan akses operasi ganti kelamin di Thailand.
Di sisi lain, masyarakat yang terbuka terhadap kathoey masih di kalangan urban saja. Adapun di desa masih berpegang teguh pada ajaran konservatif mereka.
Alhasil, tak jarang beberapa kasus diskriminasi masih dialami oleh kathoey.
BACA JUGA:Rinov/Tari dan Febriana/Amalia Menjadi Harapan Terakhir di Thailand Open 2024
Pengaruh Sejumlah Tokoh Masyarakat
Nama tokoh pertama yang menyorot perhatian adalah Anne Jakrajutatip. Seorang konglomerat transgender pertama yang mencetak sejarah penaklukan Organisasi Miss Universe di nilai 20 juta USD atau sekitar Rp 310 miliar.
Artis yang membintangi reality show Project Runway dan Shark Tank itu juga mendirikan Life Inspired For Thailand Foundation untuk mengadvokasi hak atas martabat dan peluang bagi kaum transgender.
Selanjutnya ada Pauline Ngarmpring, kandidat transgender pertama jebolan Partai Mahachon untuk posisi perdana menteri Thailand saat pemilu tahun 2019. Sebelum menjadi trans, ia pun dikenal luas sebagai reporter dan CEO suatu klub olahraga.
Lalu, ada Tanwarin Sukkhapisit, sutradara yang juga ditetapkan sebagai anggota dewan transgender pertama pada Maret 2019. Salah satu tujuan politiknya sudah jelas, yakni untuk memperjuangkan hak komunitas LGBT di Thailand.
Dengan adanya keberadaan tokoh masyarakat yang merupakan kathoey itu memberikan dampak signifikan pada kepopuleran transgender di Thailand.
BACA JUGA:Bank Dunia Jeda Pinjaman ke Uganda Akibat UU Anti LGBTQ
BACA JUGA:Kiper Arsenal Aaron Ramsdale Buka-Bukaan Soal LGBTQ+
Tanggapan Pemerintah Thailand terhadap LGBT
Pergantian status dari monarki absolut ke monarki konstitusional membawa berbagai dampak di masyarakat.