SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kampung bersejarah dengan berbagai bangunan tua di dalamnya. Tak hanya itu. Warganya kompak. Berbagai kegiatan positif seperti budidaya hidroponik dan penataan kampung digalakkan.
Sehingga tak heran Kampung Lawas Maspati menjadi juara dalam Surabaya Tourism Awards (STA) 2024. Dilihat dari namanya, kampung itu berhubungan dengan era keraton di Surabaya tempo dulu. Dipercaya bahwa kampung tersebut merupakan kawasan tempat tinggal para adipati.
Pembesar-pembesar kerajaan masa lalu. Kini, kampung tersebut semakin cantik. Pengelola yang juga warga kampung memiliki kesadaran tentang wisata. Sehingga tak heran Kampung Lawas Maspati menjadi salah satu kampung wisata ikonik di Surabaya.
BACA JUGA:Pemenang Surabaya Tourism Awards 2024 (8): Elmi Hotel Surabaya Punya Sup Buntut Legendaris
Pemenang Surabaya Tourism Awards 2024 (9): Kampung Lawas Maspati. Tanaman hidroponik milik seorang warga Kampung Lawas Maspati. Di sini warga memang getol mengembangkan budidaya tanaman hidroponik.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Berada tak jauh dari monumen Tugu Pahlawan, kampung tersebut memiliki akses jalan yang tak terlalu lebar. Hanya bisa dilalui oleh sepeda motor saja. Aneka tanaman hijau berjajar di kiri kanan.
Di dekat pintu masuk, terdapat tanaman anggur yang menggantung. Menjadi semacam gapura alami yang menyambut tamu. Suyatno, ketua RW 6 sekaligus koordinator Kampung Lawas Maspati, menyebut bahwa kampungnya memiliki konsep "Pariwisata Berkelanjutan".
"Tidak hanya sekadar dipercantik dan dipertahankan sisi artistiknya. Tapi juga dari sisi sadar wisata, semua warga harus memilikinya. Termasuk anak-anak muda yang kelak akan jadi penerus," ungkapnya.
Di kampung tersebut hampir sebagian besar warganya bisa menjadi guide. Seperti Sariani, Feni Kusuma Dewi, dan Nurma Irawati. Ketiganya menemani Harian Disway saat berkunjung ke kampung tersebut, pada 20 Mei 2024.
Sariani dan dua kawannya yang asli warga Kampung Lawas Maspati, mengajak Harian Disway untuk melihat-lihat berbagai potensi di kampung wisata tersebut. Seperti rumah tua yang berdiri sejak 1907 dan kini beralihfungsi sebagai kedai.
Kemudian bangunan bekas Sekolah Ongko Loro. Yakni sekolah yang digagas oleh Pahlawan Nasional Budi Utomo. Diperuntukkan bagi kaum pribumi. "Lama sekolahnya ketika itu hanya dua tahun. Diajari baca-tulis-hitung dengan pengantar bahasa Jawa," ujar Sariani.
Masih terdapat jejak kekunoan di bangunan itu. Seperti pilar, dinding, dan berbagai sudut lainnya. Ada pula rumah "Mantri Nyamuk". Bekas kediaman seorang dokter atau mantri yang dulu bertugas merawat pasien malaria di kampung itu.
Pemenang Surabaya Tourism Awards 2024 (9): Kampung Lawas Maspati. Bangganya Suyatno (dua dari kiri) saat mewakili Kampung Lawas Maspati menerima penghargaan sebagai juara 2 kategori Kampoeng Tourism dalam STA 2024.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
"Lebih kuno lagi ada Makam Mbah Buyut Suruh. Beliau adalah kakeknya Sawunggaling, tokoh Surabaya," ungkapnya. Lokasi makam itu berada di ujung gang.
BACA JUGA:Pemenang Surabaya Tourism Awards 2024 (6): Vasa Hotel Surabaya Bantu Sesama dengan Vasa Touch