Proses penurunan budaya pun terjadi dalam kegiatan pembuatan tas etnik menjadi keterampilan yang terasah dari waktu ke waktu. Pada inovasinya, tas pun terbuat dari bahan recycled/upcycled.
BACA JUGA: Festival Budaya Indahnya Masa Djadoel Hidupkan Balai Pemuda
Sebanyak 42 artisan dari berbagai kota, seperti Malang, Surabaya, Surakarta, Sukoharjo, Rembang, Temanggung, Semarang, Yogyakarta, Bogor, Tangerang Selatan, Jakarta Selatan, Sumatera Barat, dan Bali.
Semua hadir untuk turut memamerkan tas berkualitas karya mereka yang rata-rata dibuat dengan handmade. Didukung oleh 16 UMK dan UMKM serta berbagai komunitas. Selain itu, 22 kelompok usaha kuliner yang ikut meramaikan Festara.
Tidak hanya itu, Festara diramaikan dengan peluncuran buku berjudul Tas Nusantara Melintasi Waktu. Yakni kumpulan 36 tulisan esai dari 36 penulis di Indonesia. Di tengah perhelatan, ada pembahasan buku yang dilaksanakan pada Sabtu, 22 Juni 2024.
BACA JUGA: Worskhop Batik dalam Mixture Coastal Batik Festive bersama Duta Wastra ALIT
Sebagai penanda peluncuran, ada bincang-bincang bersama Kurnia Effendi, penulis dan sastrawan yang menjadi editor buku. Narasumber lainnya, Maya Dewi sebagai kurator buku, sejarawan dan arkeolog Dwi Cahyono, dan Rektor UNSA Astrid Widayani.
"Terbitnya buku ini menandai Festara sebagai ruang literasi tekstual dan nontekstual. Dalam ruang kreatif seperti ini, literasi menjadi bagian penting dari Festara untuk berbagi ide dan pengetahuan," kata Kurnia yang karib disapa Kef.
Masih ada lagi talkshow bersama Syanaz Nadia Winanto Putri yakni seorang desainer tas dan pendiri Rorokenes yang berbagi pengetahuan tentang bahan lokal dan desain tas. Agenda lainnya adalah pemberian Anugerah Festara Awards kepada Susmirah.
BACA JUGA: Mixture Coastal Batik Festive, Pameran Batik Tulis di Wisma Jerman
Perempuan itu ditetapkan sebagai pelestari dan pengembang kerajinan agel dari Kulonprogo. Selanjutnya Sumirah menjadi narasumber dalam talkshow 3 generasi pelestari dan pengembang kerajinan agel. Bersama Indri Widiyanti dan Pawestri Adil Paramatra.
Satu lagi yang unik dari Festara. Yakni hadirnya Hopeful Bag Tree atau Pohon Tas Harapan (PTH) yang diciptakan oleh seniman scenography Edi Bonetski. Instalasi PTH adalah desain instalasi dari bambu yang dibentuk menyerupai pohon.
Karya seni itu mengajak peserta dan pengunjung Festara bersama0sama menuliskan harapan terbaik bagi masa depan Indonesia di selembar kertas dan menempelkannya pada tas. Lantas tas dipasang pada instalasi bambu PTH.
BACA JUGA: Motif Etnik Curi Perhatian di Surabaya International Jewellery Fair 2023
Ditambahkan Heru, Festara punya banyak penanda momentum. Salah satunya karena digelar sekaligus sebagai bagian dari perayaan HUT ke-78 Pemkot Surakarta dan HUT ke-75 Hubungan Diplomatik India dan Indonesia.
Karena itulah datang delegasi India yang berpartisipasi memamerkan beberapa tas tradisi India. Tak ketinggalan menampilkan pertunjukan tari tradisi India. Menambah nilai perhelatan Festara, komunitas mahasiswa Papua di Soloraya siap menyuguhkan pertunjukan tari noken.