Itu sesuai dengan ucapan Butet di atas panggung. Bahwa Ring of Fire Project—juga Jamaah Al-Jazziyah (sebutan untuk penggemar Jazz Gunung) harus mewarisi api semangat Djaduk. ’’Bukan mewarisi abunya,’’ kata Butet.
Jazz Gunung Bromo 2024, Jaga Api Semangat Mendiang Djaduk Ferianto. Butet Kartaredjasa (kiri) berbincang dengan jurnalis Harian Disway, Doan Widhiandono (tengah) dan Retna Christa.-Raihan Yuda-Harian Disway-
Kepada Harian Disway, Butet menyatakan kekagumannya pada spirit Jazz Gunung. Perhelatan itu mampu menjaga nilai-nilai yang mereka perjuangkan 16 tahun silam. ’’Jejaringnya semakin luas. Lintas genre, lintas etnik. Ini kan ada kawan-kawan Aceh juga,’’ ujarnya.
Yang disebut Butet adalah Keubitbit, salah satu pengisi pada hari pertama Jazz Gunung Bromo 2024. Kelompok itu punya karakter kuat pada unsur ritmis dengan sesekali menyembulkan melodi pentatonis khas Timur Tengah.
Karena itu, meski spirit yang digagas Djaduk Ferianto tak boleh hilang, Jamaah Al-Jazziyah harus move-on. ’’Kalau selalu mengingat masa lalu ya keliru,’’ kata Butet. (Doan Widhiandono)