Mereka sejalan dengan Israel yang menganggap Hizbullah sebagai dalang di balik semua kericuhan ini.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjelaskan bahwa pihaknya tak ingin kejadian ini memicu konflik yang lebih lanjut, mengingat Israel dan Hizbullah telah saling serang hampir tiap hari sejak meletusnya peristiwa Taufan (Badai) Al-Aqsha.
"Sangat penting bagi kami untuk membantu meredakan konflik itu, tidak hanya mencegahnya meningkat, mencegahnya menyebar, tetapi untuk meredakan konflik karena Anda memiliki begitu banyak orang di kedua negara, baik di Israel maupun Lebanon, yang telah mengungsi dari rumah mereka," ujar Blinken.
Sedangkan Hizbullah yang namanya menjadi perbincangan dunia karena dituduh sebagai pelaku serangan di Kota Druze memberikan keterangan pada Minggu, bahwa pihaknya tidak terlibat atas kejadian di Kota Druze.
Mereka menjelaskan pada PBB bahwa serangan tersebut terjadi dapat terjadi justru karena rudal Israel sendiri.
BACA JUGA:Israel Kecam Keputusan Mahkamah Internasional: Orang Yahudi Berhak di Tanah Mereka Sendiri!
Disadur dari media BBC, seorang koresponden mereka Nafiseh Kohnavard mengatakan bahwa Hizbullah selama ini secara umum mengakui aksi penyerangan mereka
Di sisi lain, Kepala Inisiatif Kota Druze Ghaleb Saif mengatakan bahwa alat militer yang jatuh di Golan dan Galilea Suriah adalah rudal pencegat milik Israel.
Ia menilai bahwa rudal Israel memang sering merusak properti maupun membahayakan nyawa seseorang.
"Setiap hari, kami melihat bagaimana rudal Iron Dome meleset dari target mereka dan akhirnya jatuh ke arah kami," ujar Saif.(*)
Artikel ini ditulis oleh Vrisca Sheilla, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, peserta Magang Regular di Harian Disway.