Sepanjang hidup Anda di dunia ini, mungkin sudah tak terhitung berapa kali Anda dipetuahi bahwa "hidup hanyalah sementara". Petuah begitu biasanya diucapkan saat Anda terlihat ngoyo bekerja.
Tentu ada bagusnya: kalau itu berarti menyarankan Anda untuk tidak lupa mengimbangi kerja keras Anda dengan istirahat, atau tak melupakan kodrat Anda sebagai makhluk sosial yang mesti peduli pada sesama.
Tapi juga ada kurang bagusnya: kalau itu berarti anjuran agar Anda fokus ke kehidupan setelah kematian saja, dan melupakan kewajiban Anda untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah war-raḥmah dengan perekonomian yang kuat sebagai prasyarat.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Dokter Spesialis Kandungan dr Dario Turk SpOG: Er Ren Tong Xin, Qi Li Duan Jin
Memang, hingga kini belum ada manusia yang bisa hidup abadi --seberapa digdayapun ia. Makanya, ketika kita menyadari bahwa hidup kita sementara dan penuh dengan ketidakpastian, kita akan terdorong untuk memahami bahwa setiap momen yang kita miliki adalah kesempatan untuk meninggalkan jejak positif di muka bumi.
Cara meninggalkan jejak positif bermacam-macam. Yang kaya bisa lewat filantropi; yang tidak kaya bisa dengan sering-sering membantu semampunya. Sebagaimana ungkapan Tiongkok bilang, "有钱出钱,有力出力" (yǒu qián chū qián, yǒu lì chū lì): yang punya uang silakan dermakan uangnya, yang punya tenaga silakan sumbangkan tenaganya.
Apapun bentuknya, kata Pdt. ZS. Djoko Poernomo, S.Th. yang ketua DPD Asosiasi Pendeta Indonesia Jawa Tengah, "Pelayanan dan banyak perbuatan baik lainnya yang akan memberi kita kemantapan bahwa hidup adalah kesempatan."
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Rektor Universitas Ma Chung, Malang Stefanus Yufra Menahen Taneo: Tian Dao Chou Qin
Ya, pada akhirnya mungkin bukan harta atau prestasi kita yang akan diingat orang lain setelah kita tiada, melainkan nama baik berkat kebaikan yang kita tebar kepada sesama selama menjalani kehidupan terbatas kita di dunia. Seperti yang wejangan Tiongkok nyatakan, "豹死留皮, 人死留名" (bào sǐ liú pí, rén sǐ liú míng): macan tutul mati meninggalkan kulit, manusia mati meninggalkan nama baik.
Untuk bisa ke sana, pepatah Tiongkok menganjurkan kita untuk "好善乐施" (hào shàn lè shī): senang berbuat baik dan membantu sesama. (*)