Maraknya joki tugas di dunia pendidikan tinggi membuat para dosen resah. Tentu saja joki tugas dianggap bisa berdampak buruk bagi perkembangan intelektual dan mental mahasiswa. Para dosen dan pengajar pun harus punya strategi sendiri untuk menangkalnya.
---- Sosiolog Universitas Airlangga Prof Bagong Suyanto mengatakan bahwa kemunculan joki menjadi bukti kuat betapa bobroknya sistem pendidikan di Indonesia. Sistem yang berorientasi kepada kuantitas, ketimbang kualitas. Sistem yang lebih melihat hasil ketimbang proses.“Mestinya kualitas yang terpenting. Yang terjadi adalah sofistikasi rasa malu. Orang yang tidak mau melakukan pelanggaran etika, tentu mereka merasa hal itu sudah tidak lazim,” ujar Prof Bagong melalui sebuah pesan singkat.
Para joki tugas mahasiswa memang berserak di mana-mana. Tak cuma di kota-kota besar yang ditempati kampus-kampus ternama. Sebab, mereka menawarkan jasa secara masif di media sosial.
BACA JUGA:Kisah-Kisah di Balik Perjokian Kampus (1) : Jadi Pilihan saat Menyerah
Bahkan, beberapa di antaranya sudah dibisniskan secara “profesional”. Diiklankan melalui berbagai saluran. Kehadiran mereka yang terang-terangan itulah yang meresahkan dosen dan pengajar di kampus.
Namun, tidak bagi Probo Darono Yakti. Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga itu belum pernah menemui gelagat mahasiswanya menggunakan jasa para joki tugas.
Gambaran mahasiswa yang berjibaku dengan tumpukan tugas. Beban tugas yang berat kerap membuat mereka tergoda menggunakan jasa joki tugas.-Boy Slamet/Harian Disway -
“Saya memang belum pernah membimbing skripsi, tapi sejauh ini selama ngasih tugas ke mahasiswa belum ada yang pakai joki,” terangnya saat dihubungi, Rabu, 31 Juli 2024.
Dari mana bisa tahu? Hal itu mudah saja bagi Probo. Salah satu cara yang ampuh yakni dengan memberi perhatian intensif kepada setiap mahasiswa yang mengambil kelasnya.
Cukup diperhatikan performa masing-masing mahasiswa di tiap kelas. Misalnya, bila si A aktif diskusi di kelas, lalu pengerjaan tugasnya baik, maka hal tersebut normal belaka. Begitu pula bila soal ujian take home dikerjakan dengan bagus.
Sebaliknya, bila si B jarang masuk kelas, bahkan hanya titip absen, kemudian tugasnya bagus, maka itu patut dicurigai. Apalagi ditambah performanya yang buruk di kelas. “Misalnya, pas ujian take home kok tulisannya keren sekali, perasaan si B ini nggak sepintar ini. Jadi bisa terdeteksi lewat itu,” jelasnya.
Namun, kata Probo, strategi itu tidak bisa dilakukan oleh semua dosen. Barangkali cuma untuk para dosen muda yang masih punya idealisme tinggi. Sebab, banyak dosen-dosen senior yang sudah terlalu sibuk.
BACA JUGA:WN Tiongkok Jadi Joki Tes Bahasa Inggris di Surabaya
BACA JUGA:Joki SBMPTN Masuk Bui
Terkadang, waktu mereka pun banyak dihabiskan untuk urusan di luar perkuliahan. Lalu tugas mengajarnya dilimpahkan ke asisten dosen. Sehingga tak akan sempat memberi perhatian intens kepada setiap mahasiswa di kelas.