Mahasiswa ITS dan Kelompok Massa Gelar Aksi Tolak Reklamasi di Surabaya, Bagikan Cangkang Karang ke Warga

Minggu 25-08-2024,16:23 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Mohamad Nur Khotib

HARIAN DISWAY - Aksi penolakan terhadap rencana reklamasi di Surabaya semakin gencar.

Kali ini disuarakan oleh aktivis mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS), Forum Masyarakat Pesisir, dan Aliansi Perempuan Disabilitas Indonesia. Salah satu bentuk protes ini terlihat di kawasan Car Free Day (CFD) dan Kota Lama Surabaya, Minggu, 25 Agustus 2024. 

Mereka membagikan cangkang kerang kepada warga yang melintas. Salah satu inisiator aksi ini adalah Primo Rajendra, mahasiswa jurusan Transportasi Laut ITS. 

BACA JUGA:Sekelompok Massa Gelar Aksi Tolak Reklamasi, Eri Cahyadi Beri Respons Singkat

BACA JUGA:Pelantikan Anggota DPRD Kota Surabaya Diwarnai Aksi Demo Tolak Reklamasi Pesisir Pantai Timur

Primo Rajendra menjelaskan bahwa cangkang kerang yang dibagikan dalam aksi tersebut bukan sekadar simbol biasa. Melainkan untuk mewakili kehidupan masyarakat pesisir.


Aksi tolak reklamasi oleh mahasiswa Surabaya dan masyarakat pesisir di CFD Taman Bungkul, Minggu, 25 Agustus 2024.-BEM ITS-

“Dan simbol ekonomi tradisional yang dulu, bahkan sebelum adanya mata uang, masyarakat menggunakan kerang sebagai nilai tukar," ungkapnya.

Menurutnya, banyak warga Kota Pahlawan masih belum menyadari bahaya dari rencana reklamasi Proyek Strategis Nasional (PSN)  di kawasan pesisir pantai timur Surabaya ini.

Padahal, reklamasi itu akan mengubah kawasan pesisir dari Kenjeran hingga Rungkut menjadi Surabaya Waterfront Land, yakni sebuah area hiburan dan permukiman elit. 

BACA JUGA:KNTI Kritik Rencana Reklamasi Pantai Utara Surabaya: Bisa Mengancam Nelayan Kecil

BACA JUGA:Walhi Jatim Tolak Undangan PT Granting Jaya Soal Reklamasi: Sampai Kapan Pun Kami Tidak Akan Datang!

"Melalui aksi ini, kami ingin mengedukasi masyarakat tentang PSN yang mungkin masih banyak yang belum tahu,” jelasnya.

Menurut sejumlah kajian ilmiah, rencana reklamasi tersebut akan berdampak buruk pada lingkungan. Terutama ekosistem hutan mangrove yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat pesisir.

Apalagi, kini hutan mangrove di Surabaya hanya tersisa 1.500 hektare. Merosot dari sebelumnya yang mencapai luas sekitar 3.000 hektare.

Kategori :