Dengan semakin kuatnya penolakan dari berbagai elemen masyarakat, harapan besar tertuju pada pemerintah untuk mempertimbangkan ulang proyek ini dan lebih memperhatikan dampak jangka panjang yang bisa terjadi.
Masyarakat pesisir, nelayan, dan mahasiswa yang peduli lingkungan terus berjuang agar suara mereka didengar dan bumi Surabaya tetap terjaga.
Pengurus Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Ali Yusa menilai bahwa aksi tersebut sangat menarik. Sebab, pembangunan kerap dilakukan secara diam diam agar resistensi dapat diminimalkan.
BACA JUGA:Gerindra Dapat Jatah Kursi Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya
BACA JUGA:Gerindra Usung Inisial
"Saya pikir pemkot/pemprov dan anggota DPRD kota dan provinsi harus juga menceritakan apa yang sebenarnya terjadi," katanya.
Tranparansi dan akuntabilitas dalam perencanaan pembangunan mutlak wajib di ketahui masyarakat.
Aksi tolak reklamasi oleh mahasiswa Surabaya dan masyarakat pesisir di kawasan Kota Lama Surabaya, Minggu, 25 Agustus 2024.-BEM ITS-
Menurutnya, pembangunan 4 pulau reklamasi ini sangat menciderai Kota Surabaya sebagai Kota Maritim. Karena akan akan menghancurkan ekologi dan menurunkan PAD Kota Surabaya dari carbon trading.
Bahkan, juga menurunkan TEV Kota Surabaya dari unsur nilai rekreasi sebesar 17.5% (senilai Rp 2,3 triliun pertahun). (*)