HARIAN DISWAY - Semua yang terjadi selalu atas kuasa-Nya. Termasuk melukis buat Arik S Wartono. Pesan itu disampaikan Arik dalam pameran Tunggal bertajuk Lukisan yang Berdzikir.
Seperti dalam Sabar. Demikian judul lukisan Arik S Wartono. Berukuran 50x40 cm dengan cat akrilik dan serbuk logam mulia di atas kanvas. Di dalam lukisan buatan 2023 itu, Arik menulis kata ash-shabru. Artinya sama dengan judul lukisannya.
Dengan lukisan itu, Arik hendak berzikir. Zikir berarti menyucikan dan mengagungkan. Dapat diartikan pula menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam ingatan.
BACA JUGA: 12 Perupa Komperta Sidoarjo Ramaikan Pameran Lukisan Rindu Berbisik
“Itu sebuah usaha manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengingat Allah dan mengingat keagungan-Nya,” kata Arik. Sabar adalah satu dari 17 lukisan yang dibawa Arik ke Galeri Merah Putih, selama 24-30 Agustus 2024.
Rinciannya, 14 karya berukuran 50x40 cm, 1 karya 75x60 cm, 1 karya 50x50 cm, dan 1 karya 100x100 cm. Dibuat dengan medium cat akrilik, cat air, tinta, dan pena. Satu bahan lagi yang sangat istimewa adalah serbuk logam mulia, termasuk emas, di atas kanvas.
Bukan tanpa alasan bila Arik memakai serbuk logam mulia. Ada maksudnya bahwa memuja Tuhan itu harus dengan cara yang agung. Medium itu adalah salah satu yang mewakilkan betapa keagungan itu harus ada dalam karya Arik kali ini.
Dalam pembukaan pada Sabtu, 24 Agustus 2024, pukul 16.00 WIB, seniman Jawa Timur yang ternama di Yogyakarta, Katirin, menyatakan lukisan-lukisan Arik adalah bukti hasil kekagumannya atas kebesaran Tuhan.
“Di tempat saya di atas gunung, saya orang yang bersaksi tentang kebiasaan Mas Arik yang suka keluar malam untuk berzikir,” ujarnya tentang pelukis yang setahun lalu dikenalnya.
Bagi Arik, apa yang dilakukannya ini seperti halnya tarian Rumi atau Jalal ad-Dīn Muhammad Rumi atau Jalal ad-Din Muhammad Balkhi yang hidup dalam masa 30 September 1207–17 Desember 1273.
Perupa Katirin yang didapuk menjadi pembuka pameran Tunggal Arik S Wartono berjudul Lukisan yang Berdzikir. -Arik S Wartono-
BACA JUGA: Kisah di Balik Lukisan Karya Raden Saleh tentang Penangkapan Pangeran Diponegoro
Rumi menari sambil berzikir. Demi membuktikan bahwa setiap gerak gerak fisik, tubuh, sekaligus mental ia dikembalikan pada upaya penyadaran atas kebesaran-Nya. Melukis adalah gerak yang dimaksudkan itu.
Yakni upaya kesadaran menggerakkan sel-sel tangan dan anggota tubuh lainnya sekaligus syaraf motorik dan sensorik yang terhubung pada sel otak dan qolbu. Menurutnya, tak ada suatu hal yang kebetulan. Semua sudah diatur-Nya.
"Tak ada hal sedahsyat dan seagung apa pun sekaligus seremeh-temeh apa pun yang lepas dari kuasa, kehendak, dan izin Allah. Seperti halnya Rumi yang menari sambil berzikir, saya pun demikian," katanya.