Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin

Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin

Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin. Karya Nabila Dewi Gayatri yang menggambarkan kedekatan Gus Dur dengan orang-orang Tionghoa. Karya itu berjudul Tuladha Tepa Selira.-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Menyambut Hari Santri Nasional, pelukis Nabila Dewi Gayatri menggelar pameran lukisan bertajuk Angon Angin. Pameran itu berlangsung di Galeri Merah Putih dan Galeri DKS, Balai Pemuda Surabaya, 19 Oktober 2024.

Itu merupakan pameran tunggal keenam Nabila. Dalam sambutan, dia mengatakan, "Pameran ini adalah sikap saya dalam bentuk visual. Merespons situasi dan kondisi saat ini yang telah diramalkan oleh Ronggowarsito: kadyo gabah den interi."

Kadyo gabah den interi artinya serba tak menentu. Bagi Nabila, kehidupan saat ini dipenuhi ruang abu-abu. Silang-sengkarut dari seluruh penjuru mata angin. Budaya asing masuk dan mengikis sedikit demi sedikit kebudayaan dan kearifan-kearifan lokal.

BACA JUGA:Jadi Pepeling, Nabila Dewi Gayatri Ingatkan dengan Pameran Lukisan Tunggal Owah Gingsir


Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin. Nabila Dewi Gayatri bercerita tentang karyanya berjudul Angon-Angin dalam pameran tunggal Angon Angin di Balai Pemuda Surabaya, 19 Oktober 2024.-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY

"Maka para kiai menjadi avatar pengendali angin. Penggembala angin atau angon angin. Mempertahankan kearifan bangsa ini. Sejak era lampau. Para kiai pula yang berdiri di belakang Soekarno ketika mendirikan republik ini. Hingga muncul resolusi jihad," papar Nabila. 

Dia menambahkan, "Para kiai NU mewujudkan Islam yang toleran. Agama yang menghormati seni budaya dan segala kebhinekaan. Perjuangan itu diteruskan oleh Gus Dur."

Maka lukisan-lukisan yang disajikan Nabila sebagian besar tentang Gus Dur. Sosok presiden keempat RI itu adalah pamomong. Mampu ngemong atau mengasuh bangsanya. Melindungi dari segala mara bahaya. Termasuk kelompok-kelompok intoleran.

BACA JUGA:Khofifah Kenang Sejarah Pencetusan Hari Santri Nasional, Momentum Menguatkan Peran Santri dan NU

Gus Dur pun mampu merangkul semua pihak. Tak pandang suku, agama, dan ras. Seperti tampak dalam lukisan berjudul Tuladha Tepa Selira. Patung Cheng Ho berdiri di sisi kiri Gus Dur.

Lewat dua simbol itu, Nabila menunjukkan bahwa sosok Gus Dur adalah sosok yang mampu merangkul orang-orang Tionghoa. Gus Dur bahkan menetapkan Konghucu sebagai agama keenam yang diakui negara. Ia memeluk kesetaraan.

Angon angin. Sosok Gus Dur digambarkan mampu mengendalikan segala ketidakteraturan. Menyatukan semua yang tercerai-berai. 


Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin. Nabila Dewi Gayatri (kiri) menjelaskan pada para pengunjung tentang karyanya berjudul Rame Sakjroning Sepi dalam pameran tunggal Angon Angin di Balai Pemuda Suraba-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Kemenag Gagas Peringatan Hari Santri 2024 dengan Tema Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: