Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin

Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin

Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin. Karya Nabila Dewi Gayatri yang menggambarkan kedekatan Gus Dur dengan orang-orang Tionghoa. Karya itu berjudul Tuladha Tepa Selira.-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY

Tampak pula dalam lukisan berjudul Rame Sakjroning Sepi. Sosok Gus Dur mengenakan pakaian putih. Di sekitarnya adalah binatang-binatang. Sebagai ungkapan bahwa di balik ketenangan sikap Gus Dur, nilai-nilai buah pikirannya akan relevan hingga saat ini.

Gus Dur pun mampu menerapkan dan membumikan Islam yang rahmatan lil alamin. Rahmat untuk semua mahluk. Tak hanya manusia. Tapi semua mahluk ciptaan Tuhan.

Juga tentang toleransi, Islam yang ramah, demokrasi, berikut nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Itu pun digambarkan dalam lukisan berjudul Kewahyon. Arca Ken Dedes berada di depan bayang-bayang Gus Dur.

BACA JUGA:Pameran Lukisan ArtKroobatik, Sajikan Karya Seni Rupa dengan Teknik Membatik

Ken Dedes dalam berbagai catatan sejarah merupakan leluhur bagi raja-raja tanah Jawa. Dia mendapat wahyu istimewa untuk menjadi ibu bagi tiap penguasa. Nilai-nilai kebersahajaan Ken Dedes itulah yang juga diamalkan oleh pemimpin-pemimpin Jawa era lampau.

"Kewahyon artinya mendapat wahyu. Seperti Gus Dur yang tentu mendapat wahyu untuk menjadi Presiden. Jika Ken Dedes menurunkan penguasa, Gus Dur menurunkan nilai-nilai mulia untuk mempererat kebhinekaan," ujar perupa 55 tahun itu.

Salah satu lukisan yang menjadi sorotan berjudul Angon-Angin. Gus Dur digambarkan sedang bermain seruling di atas punggung gajah. Pakaiannya biru dengan aksen manik-manik di bahunya. Di kepalanya mengenakan topi caping atau topi petani. 

BACA JUGA: Mooi Indie dalam Pameran Lukisan Djitoe Memberi Kebaruan Perspektif


Sambut Hari Santri Nasional, Nabila Dewi Gayatri Gelar Pameran Lukisan Tunggal Angon Angin. Prof KH Ali Maschan Moesa mengapresiasi karya Nabila Dewi Gayatri berjudul Angon-Angin.-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY

Kedua pakaian itu menggambarkan sosok Gus Dur yang bersahaja, memiliki kedudukan, namun tetap merakyat. Ia tak pernah memandang manusia dari segi apa pun. 

Gajah merupakan hewan yang memiliki kekuatan dan kecerdasan. Gajah itu sedang menyusuri hutan dengan pohon-pohon yang rapat dan tumbuhan-tumbuhan hijau. Di sekitar figur Gus Dur dan gajah tersebut, Nabila memberi warna terang. Sorot cahaya.

Seolah matahari hanya menerangi langkah gajah dan Gus Dur di atasnya. Mengisahkan bahwa Gus Dur adalah penggembala yang menuntun segala kekuatan untuk mencapai pencerahan. Baik pencerahan tentang kemanusiaan, agama, demokrasi, dan lain-lain.

BACA JUGA:Pameran Lukisan oleh Komunitas Art Continuous: Sebuah Implementasi Lain Pahlawan

Dalam pembukaan pameran itu, hadir Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim Prof Ali Machsan Musa. Ia didampingi Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz dan Khatib Syuriah PWNU Jatim KH Akhsanulhaq.

Prof Ali terkesan dengan karya-karya Nabila. "Memang Gus Dur dan para kiai NU sangat berperan dalam berdirinya republik ini. Seperti yang disampaikan Nabila dalam sambutannya tadi. Karya-karya Nabila patut diapresiasi. Terutama sosok Gus Dur yang membumi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: