CIMAHI, HARIAN DISWAY – Janmahstami memang tak populer dirayakan di Indonesia. Tapi, buat perupa Prajna Dewantara Wirata, momentum itu sangat berarti buatnya. Hingga lahirlah Janmasthami, pameran tunggalnya yang perdana.
Banyak hal mengapa Janmashtami sangat berarti buat Prajna. Yang jelas terkait dengan perayaan Janmashtami itu sendiri. Di India, Janmashtami dirayakan sebagai hari besar. Peringatannya dilakukan berbagai kalangan.
Seab hari itu dianggap penting secara spiritual karena Sri Krishna diyakini lahir lebih dari 5.200 tahun yang lalu dari pasangan Devaki dan Vasudeva di Mathura. Kelahirannya dirayakan untuk menghormati misi ilahinya.
BACA JUGA: 12 Perupa Komperta Sidoarjo Ramaikan Pameran Lukisan Rindu Berbisik
Yakni dalam memberantas kejahatan dan menegakkan dharma (kebenaran). Kelahiran Krishna adalah untuk mengakhiri pemerintahan tirani paman dari pihak ibu, Raja Kansa, yang berusaha membunuhnya.
Meskipun banyak upaya yang dilakukan Kansa, kelangsungan hidup Krishna yang ajaib selama masa bayi dan masa kanak-kanak melambangkan kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Karena itu tak salah jika Janmashtami lebih dari sekadar festival keagamaan. Umat Hindu percaya itu adalah perayaan kehidupan, cinta, dan ikatan abadi antara yang Ilahi dan penyembahnya.
BACA JUGA: Rayakan Hubungan Diplomatik, Tiongkok dan Prancis Gelar Pameran Mode di Hongkong
Saking meriahnya, Janmashtami kerap dirayakan selama dua hari. Terutama di tempat-tempat yang memiliki makna keagamaan yang besar seperti Mathura dan Vrindavan. Ini terkait penanggalan lunar Hindu dan waktu kelahiran Kresna.
Krishna lahir pada tengah malam pada persepuluhan Ashtami (hari kedelapan) Krishna Paksha. Sesuai tradisi Hindu, hari dihitung dari matahari terbit hingga matahari terbit berikutnya. Artinya persepuluhan Ashtami bisa jatuh pada dua hari berturut-turut, tergantung waktu tengah malam.
Memang tak ada Janmashtami yang dirayakan di Indonesia. Mungkin ada tapi ritualnya berbeda dengan di India. Tapi paling tidak Prajna kecil sering mengikuti ayahnya pergi ke kuil Shri Krishna. Di sana, ada lantunan atau zikir yang dihunjukkan.
BACA JUGA: Catatan Pameran Bergerak oleh 12 Perupa Jakarta dan Yogyakarta di TIM Jakarta: Jas Merah, Jakarta!
Setelah pindah ke Jakarta, Prajna tak pernah melakukan itu. Tapi dia tetap menjalankan tradisi mendasar yang dipesankan ayahnya, I Nyoman Dewantara Wirata. Misalnya mebanten, sembahyang tiga kali sehari, mengikuti upacara Galungan, Kuningan, Odalan, dan semacamnya.
Meskipun tak merayakan sebagai ritual sebagaimana dalam agama Hindu, Prajna menarik kuat-kuat pesan itu pada Janmashtami tahun ini. Dia hendak mengingat pesan ayahnya, seorang fotografer yang meninggal pada 2019 lalu.
Apalagi dibesarkan dalam lingkup keluarga Bhujangga Vaishnawa, Prajna memuja Dewa Wisnu. Berayah laki-laki asli Bali, Prjna diturunkan dalam silsilah para pendeta yang memuja Shri Krishna atau Kresna atau avatar Dewa Wisnu saat turun ke bumi.