"Saya lihat kita punya kesamaan nilai-nilai semangat independen sebagai jalur yang harus diperjuangkan di tengah apatisme tehadap partai. Jalur ini menjadi altrenatif pilihan masyarakat, biar yang maju nggak elo lagi, elo lagi," paparnya.
Sayang, waktu itu, perolehan suara Faisal Basri kalah oleh Jokowi, Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid. Tapi masih lebih banyak daripada Alex Noerdin dan Hendardji Soepandji.
Sosok Antikorupsi
Faisal Basri kritik kebijakan pemerintah yang sibuk urus qris ketimbang akses kredit murah-Dok. Indef-
Faisal Basri pernah menjadi Dosen Teladan III Universitas Indonesia pada 1996. Lalu mendapatkan penghargan Pejuang Anti Korupsi 2003 dari oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM). Penghargaan itu diserahkan pada 15 Januari 2004.
Sepanjang kariernya, Faisal Basri memang dikenal sebagai tokoh yang vokal mengkritik kebijakan pemerintah yang berpotensi korupsi. Di tengah karut marut Pilpres 2024, Faisal Basri menyoroti politisasi dana bansos untuk memenangkan pasangan calon tertentu.
BACA JUGA:Buya Syafii Maarif Berpulang, Sempat Tolak Jadi Wantimpres Jokowi
BACA JUGA:Prof Roem Rowi, Ulama Ahli Alquran Berpulang ke Rahmatullah
Dalam sidang sengketa Pilpres 2024 pada April 2024, Faisal Basri menunjuk tiga menteri di Kabinet Indonesia Maju sebagai pelaku utama.
Menurutnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebagai yang paling vulgar memanfaatkan bansos untuk kepentingan politik.
"Jadi, uangnya sudah ada. Tapi kurang magnetnya. Harus ditujukan, ini loh yang ngasih secara demonstratif," kata Faisal. "Maka Airlangga Hartato, misalnya, dan banyak menteri lagi lah. Tapi yang paling vulgar, Airlangga Hartarto, Bahlil, dan Zulkifli Hasan," tegasnya.
Itulah sosok Faisal Basri, ekonom dan politisi yang meninggal pada 5 September 2024. Redaksi Harian Disway mengucapkan duka cita yang mendalam atas kepergiannya. (*)